Liputan6.com, Jakarta - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) adalah dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di dalam naungan holding pertambangan. Belum lama ini kedua perusahaan tambang tersebut telah mengumumkan besaran dividen yang disetor kepada pemerintah.
Dividen yang dibagikan oleh Antam 35 persen dari laba bersih 2017, sedangkan PTBA sebesar 75 persen dari laba tahun lalu. Mengapa perbedaannya jauh?
Direktur Utama PT Inalum (Persero) sebagai induk holding BUMN tambang menyatakan, perbedaan penarikan dividen tersebut mengacu kepada kondisi keuangan masing-masing perusahaan, di mana kas milik PTBA memang lebih besar dibanding Antam.
Baca Juga
Advertisement
"PTBA cash-nya banyak sekali. Sebagai investor, kami mau kalau perusahaan return on equity-nya (ROE) tinggi. Itu kayak bunga deposito," jelasnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Dia pun menjelaskan, perusahaan yang terlalu banyak cash dan tidak ada pinjaman itu biasanya memiliki ROE yang rendah. Ia menyayangkan hal tersebut, karena sebenarnya investasi bisa dipindahkan ke tempat lain yang dapat memberikan ROE lebih besar.
Lebih lanjut dia menyebutkan, debt to Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) PTBA kosong, sementara cash yang dimiliki mereka banyak sekali.
"EBITDA mereka mungkin setiap tahun Rp 9 triliun, sementara kebutuhan capex (capital expenditure) hanya Rp 6 triliun. Jadi tetap ada cash Rp 3 triliun, enggak perlu pinjaman sama sekali," terang dia.
Sebaliknya dengan Antam, yang debt to EBITDA-nya besar sekali, yakni mencapai 500 persen lebih. "Enggak bisa terlalu banyak ditarik, balance sheet-nya udah ketat," tukas dia.
Antam Bagi Dividen Rp 47 Miliar
Sebelumnya, hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Aneka Tambang Tbk (Antam) memutuskan membagikan dividen 2017 sebesar 35 persen dari laba bersih perseroan sekitar Rp 136 miliar.
Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), Arie P. Ariotedjo menuturkan, pembagian dividen 2017 itu sekitar Rp 47 miliar. Dividen per saham sebesar Rp 1,99. Selain itu, hasil RUPST juga menyetujui laba ditahan Rp 88 miliar atau 65 persen dari laba perseroan.
Anggota Holding Industri Pertambangan PT Inalum (Persero) ini mencatat peningkatan laba bersih perusahaan mencapai 111 persen dari dari Rp 64 miliar pada 2016 menjadi Rp 136 miliar pada 2017.
Arie menuturkan, perseroan juga mencatatkan pertumbuhan Earning Befire Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar 96 persen dari Rp 1,13 triliun pada 2016 jadi Rp 2,21 triliun.
"Pertumbuhan EBITDA yang positif utamanya disebabkan oleh beberapa hal, seperti pertumbuhan kinerja produksi yang signifikan, penjualan komoditas utama Antam, serta peningkatan efisiensi yang berujung pada stabilnya level biaya tunai operasi perusahaan," ujar dia.
PT Aneka Tambang Tbk mencatatkan penjualan bersih Rp 12,65 triliun pada 2017. Emas menjadi komponen terbesar pendapatan, dengan berkontribusi Rp 7,37 triliun atau 58 persen dari total penjualan bersih. Penjualan feronikel merupakan kontributor pendapatan terbesar kedua Antam, yakni sebesar Rp 3,22 triliun dari total penjualan bersih 2017.
Advertisement