Harga Minyak Landai Meski Geopolitik Timur Tengah Memanas

Harga minyak dunia tetap stabil menyusul ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Apr 2018, 06:00 WIB
Ilustrasi harga minyak

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak tetap stabil, bahkan mendekati harga tertinggi yang pernah dicapai pada akhir 2014. Hal ini terdorong ketegangan geopolitik di Suriah dan menyusutnya persediaan minyak dunia.

Mengutip CNBC, Jumat (13/4/2018), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) naik 25 sen ke posisi US$ 67,07 per barel. Sedangkan minyak mentah berjangka Brent turun 4 sen menjadi US$ 72,02 per barel.

"Orang-orang masih khawatir tentang apa yang akan terjadi di Suriah," kata Analis Teknik di United-ICAP, Walter Zimmerman.

Asal tahu, harga minyak melonjak pada Rabu ke level tertinggi sejak akhir 2014 setelah Arab Saudi mencegah rudal ke Riyadh. Selain itu, Presiden AS Donald Trump memperingatkan Rusia atas aksi militer di Suriah.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah memicu kekhawatiran tentang kemungkinan terganggunya pasokan minyak mentah. Akan tetapi, beberapa sentimen menopang harga minyak.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) mengatakan, surplus stok minyak dunia terus menurun karena permintaan yang sehat dan komitmen memangkas produksi.

OPEC menyebut dalam laporan bulanannya, stok minyak di negara-negara maju merosot 17,4 juta barel pada Februari menjadi 2,854 miliar barel, sekitar 43 juta barel di atas rata-rata lima tahun terakhir.

 


Stok Minyak Turun

Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Sekjen OPEC, Mohammad Barkindo mengungkapkan, surplus minyak global telah menyusut secara efektif sembilan persepuluh sejak awal 2017.

"Kami telah melihat penyusutan stok dari sekitar 400 juta barel menjadi sekitar 43 juta barel di atas rata-rata lima tahun," ujar Barkindo.

OPEC, Rusia, dan beberapa produsen minyak non-OPEC lain mulai memangkas pasokan pada Januari tahun lalu. Komitmen mereka berjalan hingga akhir tahun. OPEC akan bertemu pada Juni untuk memutuskan tindakan selanjutnya.

"Ada keyakinan pernyataan kerja sama akan diperpanjang melampaui 2018," Barkindo menambahkan.

Laporan pemerintah AS menunjukkan persediaan minyak mentah naik 3,3 juta barel, sementara produksinya mencapai rekor 10,53 juta barel per hari.

"Ini semua tergantung apakah permintaan akan sekuat seperti yang diproyeksikan," tukas Manajer Riset Pasar di Tradition, Stamford, Gene McGillian.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya