Liputan6.com, Washington DC - Pada hari yang didedikasikan untuk mengingat Holocaust, beberapa ahli khawatir bahwa upaya mereka selama beberapa dekade mungkin tidak cukup untuk diperhatikan oleh orang-orang di Amerika Serikat (AS).
"Kami mengatakan 'Never Forget', tetapi orang-orang yang dibunuh secara harfiah sedang dilupakan," kata Greg Schneider, Wakil Presiden Eksekutif dari Claims Conference, sebuah organisasi yang mengungkap fakta tentang apatisnya warga AS terhadap tragedi Holocaust.
Dikutip dari Time.com, Jumat (13/4/2018), hasil studi tersebut dirilis pada Kamis, 12 April 2018, ketika dunia menandai Yom HaShoah, hari peringatan Holocaust.
Peringatan tersebut juga disebut menandai sejarah Pemberontakan Ghetto Warsawa pada 1943 silam.
Baca Juga
Advertisement
Sebuah survei via telepon dan online, kepada sekitar 1.350 orang dewasa di Amerika Serikat, menunjukkan beberapa hasil yang mengejutkan.
Salah satunya adalah rendahnya kesadaran pengetahuan tentang Holocaust, yakni 45 persen dari semua orang dewasa tidak dapat menyebutkan nama kamp konsentrasi Yahudi atau ghetto.
Bahkan, tercatat sebanyak 32 persen responden mengaku tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada tragedi Holocaust.
Menariknya, sebanyak 93 persen responden mengaku pernah mempelajari Holocaust di sekolah, dan menganggapnya sebagai hal yang mengerikan.
"Kebanyakan responden hanya tahu bahwa Holocauts mengerikan, semacam pembantaian, tapi mereka tidak cukup tahu siapa yang menderita, apa dampaknya, dan bagaimana hal itu mengubah sejarah," jelas Schneider.
Meski begitu, sebanyak 78 persen responden mengaku percaya bahwa sesuatu seperti Holocaust bisa terjadi lagi.
Selain itu, sebanyak 52 persen responden juga yakin bahwa Amerika Serikat, mungkin bisa menjadi lokasi terjadinya tragedi serupa Holocaust selanjutnya.
Simak video pilihan berikut:
Generasi Milenial Awam terhadap Sejarah Tragedi Holocaust
Penelitian ini juga mengungkapkan perbedaan generasi dalam pengetahuan tentang Holocaust.
Sebagai contoh, sebanyak 11 persen responden dewasa mengaku tidak begitu yakin pernah mempelajari sejarah tragedi Holocaust. Pada generasi milenial, jumlah respoden yang menanggapi hal serupa, naik dua kali lipat menjadi 22 persen.
Begitu pun pada pengetahuan tentang Auschwitz, kamp konsentrasi Yahudi paling kejam, sebanyak 66 persen responden milenial mengaku tidak tahu. Hal ini berselisih cukup besar dengan jawab serupa pada generasi yang lebih tua, yakni sebanyak 41 persen.
Kurangnya pengetahuan tentang Holocaust di kalangan generasi milenial, menjadi perhatian khusus bagi penyelenggara survei.
Menurut mereka, semakin berkurangnya 'pelengkap bahan ajar', berupa saksi hidup korban genosida tersebut, membuat pengajaran tentang sejarah Holocaust tidak seefektif dulu.
"Kami khawatir, jika generasi mendatang tidak tahu Holocaust, dan tidak tahu bagaimana hal itu melukai kemanusiaan, akan berdampak pada pengajaran tentang perdamaian, toleransi, dan hak asasi manusia," ujar Schneider.
Advertisement