Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat ini. Penguatan rupiah didorong oleh kenaikan peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service.
Mengutip Bloomberg, Jumat (13/4/2018) rupiah dibuka di angka 13.746 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.778 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.743 per dolar AS hingga 13.765 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1,45 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.753 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.763 per dolar AS.
Analis dari Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menjelaskan, rupiah mampu menguat karena penilaian Bank Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik juga mulai direspons positif pelaku pasar sehinggga mata uang rupiah terapresiasi terhadap dolar AS. Apalagi, Indonesia juga didukung sektor investasi dan konsumsi yang baik.
Selain itu, apresiasi rupiah juga dipicu sentimen positif dari lembaga pemeringkat Moody`s Investor Service yang meningkatkan Sovereign Credit Rating (SCR) menjadi Baa2 dengan outlook stabil.
"Akumulasi sentimen positif itu membuat mata uanng rupiah menguat terhadap dolar AS," katanya dikutip dari Antara.
Moody's Naikkan Peringkat Utang Indonesia
Lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service menaikkan peringkat (rating) utang atau kredit Indonesia dari sebelumnya Baa3 dengan outlook stabil menjadi menjadi Baa2 dengan outlook positif.
Mengutip laporan Moody’s, Jumat (13/4/2018), peningkatan rating menjadi Baa2 didukung kerangka kebijakan yang semakin kredibel dan efektif yang kondusif bagi stabilitas makroekonomi Indonesia.
“Bersama dengan peningkatan penyangga keuangan, kebijakan fiskal dan moneter yang bijaksana, memperkuat keyakinan Moodys bahwa ketahanan dan kapasitas Indonesia untuk merespons guncangan. Akibatnya, utang Indonesia lebih sebanding dengan negara dengan tingkat Baa2,” mengutip penjelasan Analyst Sovereign Risk Group of Moody's Investors Service, Anushka Shah.
Laporan tersebut menekankan jika kebijakan yang efektif untuk menjaga stabilitas ekonomi makro meningkatkan ketahanan Indonesia terhadap guncangan. Sebab itu, Indonesia diharapkan fokus pada kebijakan fiskal dan moneter yang menjaga makroekonomi stabilitas dan membangun penyangga keuangan yang semakin jelas dalam beberapa tahun.
"Kebijakan dan cadangan keuangan yang lebih besar memperkuat kapasitas Indonesia untuk menanggapi guncangan," jelas dia.
Di sisi fiskal, Moody's menyebutkan jika pemerintah telah mempertahankan kepatuhan yang ketat terhadap batas defisit anggaran 3 persen, sejak 2003. Namun Moody tetap mengharapkan Indonesia fokus pada kehati-hatian fiskal dan berkontribusi terhadap stabilitas makroekonomi.
Advertisement