Liputan6.com, Jakarta - Sejak pertama kali hadir, teknologi blockchain yang ditandai dengan kemunculan bitcoin pada 2009, mengalami perkembangan yang amat pesat. Hal itu ditunjukkan dengan minat komunitas bisnis yang mulai melirik mata uang digital sebagai peluang ekonomi baru.
Namun, untuk di Indonesia sendiri, Bank Indonesia sudah menegaskan pihaknya tak mengakui virtual currency sebagai alat pembayaran yang sah.
Kendati tak melarang, pemerintah sebenarnya membebaskan masyarakat untuk menggunakan mata uang digital sebagai alat investasi dengan risiko yang ditanggung sendiri.
Baca Juga
Advertisement
Karena itu, untuk menguak lebih jauh potensi dan solusi mengenai cryptocurrency, CryptoEvent pun menggelar konferensi di Indonesia. Acara ini akan dihadiri oleh pakar hukum blockchain, kepala ICO, spesialis blockchain, hingga investor dan penambang.
Dalam konferensi ini, akan ada 1.500 peserta dari 20 negara. Tak hanya itu, ada lebih dari 30 ahli blockchain, pemilik platform blockchain inovatif, proyek Initial Coin Offering (ICO) terbesar, pengacara, dan analisis blockchain yang akan berbagi informasi seputar blockchain.
"Teknologi blockchain menjanjikan transparansi dan efisiensi yang membawa hasil positif. Dengan dukungan pemerintah, industri, dan masyarakat, kami pikir hanya masalah waktu sampai teknologi ini digunakan di seluruh bangsa," tutur CEO CryptoEvent, Nikolay Volosyankov.
Sekadar informasi, CryptoEvent merupakan penyelenggara acara blockchain asal Rusia yang terbiasa menggelar acara di Eropa dan Asia. Melalui konferensi ini, pengunjung juga dapat melihat pameran dari 50 perusahaan uang digital.
Alasan Konferensi Digelar di Jakarta
Keputusan untuk menghadirkan acara ini di Jakarta juga bukannya tanpa alasan. Berdasarkan laporan International Decentralized Association of Cryptocurrency dan Blockchain (IDACB), Jakarta merupakan salah satu dari 10 crypto-capital tertinggi di dunia.
Peringkat ini disusun oleh kecerdasan buatan berdasarkan penelitian terkait mata uang digital di seluruh dunia. Jakarta dinilai sebagai kota yang telah menciptakan ekosistem untuk perdagangan crypto-exchanges termasuk penambangan ICO.
Beragam jenis perusahaan akan tampil di konferensi ini, mulai dari dana investasi, proyek ICO, pemasok peralatan pertambangan, layanan untuk perdagangan, konsultasi dan perusahaan pemasaran, platform blockchain, dan organisasi terkait lainnya.
Rencananya, konferensi ini akan diadakan di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta pada 11 dan 12 Mei 2018. Adapun tema yang nantinya dibawakan dalam acara adalah investasi dalam mata uang krypto, ramalan masa depan, dan pilihan strategi investasi, termasuk ICO.
Beberapa pembicara yang akan hadir di acara ini adalah Founder & CEO Digital Enterprise Indonesia, Bari Arijono, Helvetics Investment Ville Oehman, Founder & CEO INDODAX Oscar Darmawan, hingga Co-Founder Blockchain Zoo Jean-Daniel Gauthier.
Advertisement
Blockchain dan IoT Jadi Tren Teknologi Tahun Ini
Gartner memperkirakan belanja indsutri Teknologi Informasi (TI) pada tahun ini mencapai US$ 3,7 triliun, naik 4,5 persen dari 2017. Sejumlah teknologi baru populer seperti blockchain, Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI), akan menjadi faktor pendorong belanja industri TI.
Research Vice President Gartner, John-David Lovelock, meyakini teknologi terkini menjadi faktor pendorong belanja industri TI pada 2018. Perusahaan-perusahaan beralih dari berbagai proyek big data (mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisis banyak data) ke AI.
AI akan membantu perusahaan mengotomatisasi tugas dan membebaskan manusia dari pekerjaan yang bersifat pengulangan dan sangat rumit. Perusahaan-perusahaan akan terlebih dahulu menargetkan proyek AI untuk pelayanan konsumen, pemasaran dan penjualan.
Menurut Lovelock, semua area tersebut akan membantu menghasillkan pendapatan. Terlepas dari hubungan dengan Bitcoin dan mata uang virtual lain, teknologi blackchain mulai mendapatkan banyak perhatian dari perusahaan-perusahaan swasta.
Blockchain menciptakan sebuah buku besar yang aman, permanen dan terdistribusi. Buku besar di sini memiliki arti seperti basis data global online yang bisa disimpan di berbagai tempat, sehingga perusahaan-perusahaan bisa saling bertransaksi dengan aman secara langsung, tanpa perantara. Transaksi ini mencakup pembayaran global, rantai suplai dan berjualan secara digital.
Ada banyak perusahaan teknologi yang menawarkan aplikasi blockchain termasuk IBM, Microsoft, Ripple dan Digital Asset Holding. Selain itu juga ada yang dikembangkan oleh konsorsium seperti Hyperledger yang didukung Llinux Foundation dan R3.
(Dam/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: