Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva menyebut isu serangan senjata kimia di Douma yang tengah beredar adalah kebohongan belaka.
Diplomat asal Negeri Beruang Merah yang baru empat minggu bertugas di Indonesia itu juga menyayangkan berita palsu seputar serangan senjata kimia di Suriah.
"Di wilayah Douma hanya ada satu rumah sakit. Pihak Rusia telah mengunjungi rumah sakit tersebut dan memastikan tak ada korban yang meninggal akibat senjata kimia," ujar Dubes Lyudmila.
Baca Juga
Advertisement
Dubes Lyudmila juga menegaskan jika isu ini adalah kebohongan besar, mengingat Rusia telah membantu pemerintah Bashar Al Assad untuk meredam pemberontakan yang terjadi di Suriah.
"Tidak mungkin rasanya apabila kami yang selama ini membantu menjaga keamanan di Suriah justru membiarkan adanya serangan gas kimia," tegas Dubes Lyudmila.
Menurut Lyudmila, agresi militer bukan menjadi solusi baik bagi Suriah saat ini. Cara terbaik untuk meredam segala permasalahan dapat dilakukan dengan dialog dan pertemuan antar delegasi.
"Pihak kami juga selalu membuka dialog dengan siapa pun. Kami juga tidak menutup kemungkinan untuk menerima segala saran demi terciptanya kedamaian di Suriah," ujar Lyudmila.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Laporkan Serangan Senjata Kimia Hantam Suriah
Organisasi sukarelawan penyelamat dan medis di Suriah White Helmets melaporkan, sedikitnya 40 hingga 70 orang tewas akibat dugaan serangan senjata kimia berupa gas di Douma, kota terakhir yang dikuasai pemberontak di Ghouta Timur.
Lewat Twitter, sukarelawan White Helmets mengunggah gambar dan video memprihatinkan yang menunjukkan beberapa jenazah dan korban luka serangan senjata kimia tergeletak di ruang bawah tanah usai diselamatkan. Demikian seperti dikutip dari BBC.
White Helmets juga menyebut, jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat.
Sementara itu, korban luka diperkirakan kurang-lebih mencapai 500 orang, laporan CNN yang mengutip sumber informasi dari Union of Medical Care and Relief Organizations (UOSSM).
Kendati demikian, belum ada verifikasi independen atas seluruh laporan tersebut, ujar BBC dan CNN.
Di sisi lain, pemerintah Suriah telah menyebut tuduhan serangan senjata kimia itu sebagai fabrikasi alias laporan yang dibuat-buat.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan masih memantau laporan "yang sangat mengganggu" tersebut.
Kendati demikian Kemlu AS telah melontarkan tuduhan awal. Washington menyatakan bahwa Rusia, yang bertempur bersama dengan pemerintah Suriah, harus bertanggung jawab. Jika sekiranya bahan kimia mematikan telah terbukti digunakan dalam laporan White Helmets tersebut.
"Rezim Suriah (yang didukung Rusia) punya sejarah menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri dalam konflik," kata Kemlu AS.
Hingga berita ini dimuat, berbagai pihak pemerintah serta tim pemantau dan media independen masih berusaha mengonfirmasi laporan serangan senjata kimia di Douma, Ghouta, Suriah tersebut.
Advertisement