Liputan6.com, Jakarta - Setya Novanto bacakan rangkaian puisi dalam sidang pembelaan dirinya sebagai terdakwa korupsi proyek e-KTP. Puisi dengan judul "Di Kolong Meja", yang dibuat oleh Linda Djalil.
Puisi tersebut menggambarkan tentang peran di balik sebuah kolong meja. Pada baris pertama dan kedua menceritakan bagaimana sekumpulan debu bersembunyi di kolong meja.
Advertisement
"Di kolong meja tersimpan cerita seorang anak manusia menggapai hidup, gigih dari hari ke hari," ujar Novanto di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Jumat (13/4/2018).
Syair ketiga dan keempat, puisi tersebut menceritakan perjuangan seseorang bagaimana bertahan hidup untuk meraih keberhasilan. Hingga, usahanya pun membuahkan hasil.
"Di kolong meja muncul cerita sukses anak manusia yang semula bersahaja akhirnya bisa diikuti siapa saja karena cerdas caranya bekerja," sambung Novanto.
Selanjutnya, puisi itu menyindir debu di kolong meja yang tak kunjung dibersihkan, hanya sekedar menyaksikan segala peristiwa sebagai tontonan.
Puisi Lengkap
Berikut isi lengkap puisi di Kolong Meja:
Di kolong meja ada debu yang belum tersapukarena pembantu sering pura pura tak tahu
Di kolong meja ada biangnya debuyang memang sengaja tak disapubersembunyi berlama-lamakarena takut dakwaan serumelintas membebani bahu
Di kolong meja tersimpan ceritaseorang anak manusia menggapai hidupgigih dari hari ke harimeraih ilmu dalam keterbatasanuntuk cita-cita kelak yang bukan semutanpa lelah dan malubersama debu menghirup udara kelabu
Di kolong meja muncul cerita sukses anak manusia yang semula bersahajaakhirnya bisa diikuti siapa sajakarena cerdas caranya bekerja
Di kolong meja ada lantai yang mulus tanpa celaada pula yang terjal bergelombang siap mengangamenghadang segala cita-citaapabila ada kesalahan membahanakolong meja siap membelahmenerkam tanpa bertanyabahwa sesungguhnya ada berbagai sosok yang sepatutnya jadi sasaran
Di kolong mejaada pecundangyang bersembunyisembari cuci tangancuci kakicuci mukacuci warisan kesalahan
Apakah mereka akan senantiasa di sana dengan mental banci berlumur keringat ketakutanDan sesekali terbahak melihat teman sebagai korban menjadi tontonan
Advertisement
Selengkapnya
Di kolong meja ada debu yang belum tersapu
karena pembantu sering pura pura tak tahu
Di kolong meja ada biangnya debu
yang memang sengaja tak disapu
bersembunyi berlama-lama
karena takut dakwaan seru
melintas membebani bahu
Di kolong meja tersimpan cerita
seorang anak manusia menggapai hidup
gigih dari hari ke hari
meraih ilmu dalam keterbatasan
untuk cita-cita kelak yang bukan semu
tanpa lelah dan malu
bersama debu menghirup udara kelabu
Di kolong meja muncul cerita sukses anak manusia yang semula bersahaja
akhirnya bisa diikuti siapa saja
karena cerdas caranya bekerja
Di kolong meja ada lantai yang mulus tanpa cela
ada pula yang terjal bergelombang siap menganga
menghadang segala cita-cita
apabila ada kesalahan membahana
kolong meja siap membelah
menerkam tanpa bertanya
bahwa sesungguhnya ada berbagai sosok yang sepatutnya jadi sasaran
Di kolong meja
ada pecundang
yang bersembunyi
sembari cuci tangan
cuci kaki
cuci muka
cuci warisan kesalahan
Apakah mereka akan senantiasa di sana dengan mental banci berlumur keringat ketakutan
Dan sesekali terbahak melihat teman sebagai korban menjadi tontonan