Liputan6.com, Jakarta - Sudah menjadi rahasia umum bahwa kendala perangkat Android adalah perbedaan waktu bergulirnya pembaruan software. Karena itu, tak heran apabila adopsi atau pembaruan keamanan di tiap perangkat berbeda-beda.
Tak hanya itu, menurut laporan Wired, sejumlah manufaktur bahkan berbohong pada pengguna mengenai patch keamanan yang tak digulirkan. Maksudnya, mereka mengaku menggulirkan pembaruan keamanan lewat update software, tapi sebenarnya tak dilakukan.
Baca Juga
Advertisement
Informasi ini diketahui dari penelitian yang dilakukan Karsten Nohl dan Jakob Lell. Keduanya menganalisis perangkat Android selama dua tahun untuk mengetahui apakah pengguna mendapatkan patch keamanan terbaru.
Seperti dikutip dari The Verge, Jumat (13/4/2018), mereka menemukan bahwa kenyataannya tak seluruh perangkat mendapatkan patch terbaru. Padahal, sejumlah perusahaan mengaku telah menggulirkan software keamanan terbaru untuk para penggunanya.
Kejadian ini menurut Nohl dan Lell tak hanya terjadi di satu atau dua perusahaan. Mereka telah menguji firmware yang rilis tahun lalu dari 1.200 perangkat besutan Google, Samsung, HTC, Motorola, ZTE, dan TCL.
Hasilnya, banyak perusahaan yang ternyata melewatkan patch keamanan yang rilis secara berkala. Temuan ini tentu bukan menjadi kabar baik untuk pengguna Android , sebab pembaruan keamanan dirilis untuk menangkal masalah keamanan.
Karena itu, mereka merilis aplikasi bernama SnoopSnitch di Play Store untuk membantu pengguna Android. Dengan aplikasi ini, pengguna dapat mengetahui pembaruan keamanan mana yang terlewat.
Tanggapan Google soal Temuan Ini
Namun, perlu diketahui, tak seluruh perusahanan menyertakan pembaruan keamanan untuk pengguna perangkatnya. Perusahaan seperti Samsung, Google, dan Sony terbilang rajin karena menggulirkan pembaruan keamanan cukup rutin.
Sementara, perusahaan seperti ZTE dan TCL lebih buruk karena sedikit menggulirkan pembaruan dari yang diklaim ke pengguna. Mengetahui temuan ini, Google pun segera bereaksi dan berjanji akan melakukan investigasi.
"Kami ingin mengucapkan terima kasih sekaligus akan bekerja sama dengan Karsten Nohl dan Jakob Kell untuk meningkatkan mekanisme pendeteksian, terutama untuk perangkat yang memakai pembaruan keamanan alternatif, bukan dari Google," tutur perusahaan.
Advertisement
Google Klaim Keamanan Android Meningkat pada 2017
Kendati demikian, Google sempat mengklaim bahwa Android merupakan sistem yang aman seperti pesaingnya. Hal itu diungkapkan oleh Security Chief Google, David Kleidermacher.
Berdasarkan laporan baru di tahun ini, keamanan Android dinyatakan mengalami lompatan kemajuan pada 2017 dan banyak perlindungannya kini memimpin industri.
Untuk membuat perangkat Android tetap aman, dibutuhkan komitmen bersama para pengguna. Misalnya jika merujuk pernyataan pihak Google, perangkat Android yang mengunduh aplikasi hanya dari Play Store, kemungkinan sembilan kali lebih kecil untuk memasang Potensial Harmfull Application (PHA) dibanding aplikasi sideload.
Selain itu, perangkat Android juga dilindungi dengan Google Play Protect, yang memindai sistem untuk menemukan PHA di dalam perangkat, data, dan aplikasi.
Berkat teknologi ini, pengguna juga bisa menemukan perangkat Android yang hilang, melindunginya dari situs web berbahaya, sereta mendapatkan keuntungan dari sistem yang bisa mendeteksi dan menghapus PHA.
Menurut data Google, kemungkinan mengunduh PHA dari Play Store mengalami penurunan. Pemindaian harian dari Google Play Protect membantu menghapus 39 juta PHA dari rata-rata satu juta perangkat.
"Google bekerja sama dengan para mitra manufaktur perangkat, SoC dan operator seluler, untuk memberikan keamanan Android kepada semua perangkat. Pada 2017, kami juga memperluas pemeriksaan keamanan secara proaktif dengan mengidentifikasi dan menghapus PHA pada perangkat Android," tulis Google dalam laporannya.
(Dam/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: