Raul Castro Mundur, Kuba Masuki Babak Baru?

Kuba tengah bersiap menyambut babak baru dalam sejarah negerinya seiring dengan berakhirnya kekuasaan trah Castro.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Apr 2018, 09:12 WIB
Raul Castro mengambil alih tampuk kepemimpinan Kuba setelah sang kakak, Fidel Castro mangkat pada 25 November 2016 (AP Photo/Ariana Cubillos, File)

Liputan6.com, Havana - Pada 1959, Fidel dan Raul Castro (86) adalah gerilyawan muda yang turun dari wilayah pegunungan di timur Kuba. Mereka merebut kekuasaan, dan tidak pernah melepasnya hingga kini.

Sejak El Comandante --julukan bagi Fidel-- mangkat pada 25 November 2016, tampuk kepemimpinan Kuba hingga hari ini berada di tangan Raul.

Pekan depan, Raul akan mengundurkan diri sebagai presiden. Ia disebut-sebut akan menyerahkan jabatannya kepada Wakil Presiden, Miguel Diaz-Canel (57). Demikian seperti dikutip dari Abcnews.go.com, Sabtu (14/4/2018).

Pergantian kepemimpinan yang dikabarkan berlangsung pada 19 April 2018 itu akan menjadi transisi bersejarah bagi sebuah negara yang dipimpin "komandan" yang sama selama 60 tahun.

Meski terjadi serangkaian reformasi di bawah Castro, Kuba dinilai masih terjebak dalam stagnasi ekonomi yang mendorong ratusan ribu orang beremigrasi untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Perubahan diyakini akan membutuhkan reformasi yang berpotensi menyakitkan, seperti penghapusan sistem mata uang ganda yang menciptakan distorsi ekonomi.

Dunia diingatkan untuk tidak mengharapkan adanya perubahan radikal segera dari sistem satu partai yang dianut Kuba.

Meski tidak lagi menjabat sebagai Presiden, Raul akan tetap menjadi Sekretaris Pertama Partai Komunis, yang oleh konstitusi Kuba digambarkan sebagai "kekuatan penuntun tertinggi" negara.

Raul tidak secara terbuka mengatakan bagaimana dia akan menggunakan posisi tersebut. Namun, para pemimpin Kuba telah menegaskan bahwa peralihan kepemimpinan tengah berlangsung.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Tantangan Pemimpin Kuba

Seorang petani membawa daun tembakau yang sudah dipetik di perkebunan tembakau di San Juan y Martinez, Provinsi Pinar del Rio, Kuba (24/2). Program festival itu menawarkan kunjungan ke perkebunan tembakau di Kuba. (AFP Photo/Yamil Lage)

Seiring dengan mencuatnya nama Diaz-Canel sebagai pemimpin Kuba berikutnya, sekelompok pejabat lainnya juga tengah dibidik untuk ditempatkan dalam beberapa posisi penting. Mereka yang dimaksud kabarnya adalah Menteri Luar Negeri Bruno Rodriguez (60), Mercedes Lopez Acea (54), Marino Murillo (57), dan Lazaro Exposito (63).

Ada pula putra Raul Castro, Alejandro (52), yang dikenal sebagai tokoh penting di Kementerian Dalam Negeri yang diam-diam menegosiasikan pembukaan kembali hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Barack Obama.

Selain itu, mantan menantu Raul, Jenderal Luis Alberto Rodriguez Lopez-Callejas juga masuk hitungan. Ia mengendalikan sejumlah bisnis yang dijalankan negara, mulai dari pariwisata hingga ekspedisi.

Dalam sejumlah pernyataan publiknya, Diaz-Canel dinilai telah memberikan sinyal dukungan terhadap perubahan dan permusuhan pada sejumlah pihak. Namun, satu-satunya yang menonjol dari Diaz-Canel dari beberapa tahun terakhir adalah popularitasnya yang rendah.

Dan jika kelak tampuk kepemimpinan tersebut benar-benar diserahkan pada Diaz-Canel, maka ia dan generasinya dinilai memiliki pekerjaan rumah yang besar untuk menunjukkan bahwa mereka mampu memimpin bangsa yang terlilit persoalan ekonomi, dihadapkan pada pemerintahan Amerika Serikat yang tidak bersahabat, berkurangnya jumlah sekutu regional, dan meningkatnya kekecewaan di kalangan generasi muda.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya