Diplomasi Sate Domba Garut ala Polisi, Turunkan Tensi Pilkada Kota Intan

Tak nampak persaingan dalam pertarungan memperebutkan kursi Garut 1 alias Bupati Garut dan wakilnya periode 2019-2022.

oleh jayadi supriadin diperbarui 14 Apr 2018, 11:23 WIB
Diplomasi Sate Domba Garut Ala Polisi, Turunkan Tensi Politik Kota Intan (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Tak nampak persaingan dalam pertarungan memperebutkan kursi Garut 1 alias Bupati Garut dan wakilnya periode 2019-2024. Raut muka empat pasang calon (paslon) Pilkada Garut, Jawa Barat nampak akrab sambil sesekali diselipi canda tawa di antara mereka.

Adalah Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna yang menginisiasi silaturahmi antar calon tersebut. Perwira menengah polri ini, mengajak semua calon mewujudkan Pilkada yang damai dengan diplomasi ramah tamah kuliner khas pangirutan, sate domba Garut, dan gulai kuah kental.

"Banyak hal yang aneh di Garut ini, saya sebelum bertugas di sini, sudah banyak titipan, dikasih tahu, Garut itu barometer," ujar Budi mengingatkan dalam sambutannya saat silaturahmi seluruh paslon Pilkada Garut di Gerai Lasminingrat, Jumat malam, 13 April 2018.

Berada dalam satu atap saung bambu unik milik gerai Lasminingrat, empat paslon Pilkada Garut nampak berbaur satu sama lainnya. Satu persatu paslon datang memenuhi undangan tuan rumah untuk merekatkan silaturahmi tersebut, sekaligus meredakan suhu politik berbalut diplomasi kuliner.

Diawali kedatangan paslon nomor urut dua Iman Alirahman-Dedi Hasan Bahtiar, kemudian pasangan nomor urut tiga Suryana-Wiwin Suwindawati.

Serta berturut-turut Agus Hamdani dan paslon nomor urut satu Rudy Gunawan-Helmi Budiman. "Mohon maaf pak Rudy berhalangan hadir," ujar Helmi menyatakan alasan ketidakhadiran pasangannya itu.

Menurut Budi, suhu politik Garut termasuk rawan dalam peta pilkada serentak tahun ini. Kota Intan sebutan Garut, bersama kota Cirebon dan Kabupaten Ciamis, termasuk daerah dengan tingkat kerawanan politik cukup tinggi di Jawa Barat.

Sehingga lembaganya meminta semua pihak terutama paslon dan pendukungnya, tetap menjaga persatuan dan melaksanakan kampanye damai. "Alhamduliah sejak pertama kali saya disini beberapa bulan lalu, Garut tetap kondusif," kata dia.

Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai agama ujar Budi, warga Garut termasuk dinamis, namun hal tersebut tidak membuatnya terlena datangnya ancaman dan perpecahan warga saat pilkada berlangsung.

"Tenang, saya juga ada turunan dari Garut, nenek saya dari ibu dari Cibatu, Garut, jadi kita jaga bersama Garut ini," ungkap dia membuka identitas asal leluhurnya.

Komisioner Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Garut Juju Nujuludin mengatakan, persaingan politik dalam sebuah pesta demokrasi seperti pilkada serentak saat ini, merupakan hal biasa yang dihadapi masyarakat.

Sehingga para paslon dan pendukungnya, diminta bersosialisasi dengan baik kepada masyarakat dengan meninggalkan sikap anarkis dan tindakan yang dapat merugikan lainnya.

"Bertarung dan bertandinglah secara baik dan sehat, jangan mudah terprovokasi," pinta dia.

Hal senada disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut KH Sirojul Munir. Menurut dia, adanya pesta demokrasi rakyat lima tahunan ini, diharapkan mampu menghasilkan pemimpin yang mampu memberikan kemajuan pembangunan dalam berbagai hal bagi masyarakat Garut. "Tinggalkan persaingan dan perselisihan yang merugikan," kata dia.

Untuk itu, seluruh elemen masyarakat, mampu menahan diri dan bisa lebih bijak serta tabayun (konfirmasi) dalam menghadapi informasi yang berkembang di masyarakat. "Jangan mudah terprovokasi pihak lain yang ingin menghancurkan Pilkada Garut," ujar dia.

Acara kemudian diakhiri deklarasi damai dan makan bersama dengan menu utama sate domba garut dan gulai domba dengan kuah kental yang menggoda lidah. Nampak para calon dan pendukungnya yang menghadiri acara terlihat akrab menikmati hidangan yang telah menunggu.

Tidak hanya itu, pata tamu undangan secara sukarela naik ke atas panggung, menyanyikan lagu dengan iringan musik elektunan yang dihadirkan jajaran Polres Garut sebagai panitia acara.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Jaga Netralitas

Diplomasi Politik Sate Domba Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Budi mengakui, sebagai pejabat negara yang baru pertama kali ditugaskan di Garut, dirinya mengklaim mampu melakukan adaptasi dengan situasi lingkungan masyarakat baru di Garut dengan cepat.

"Biasanya adaptasi bisa setengah tahun, tapi saya satu dua hari, satu dua bulan bisa," ujar dia yang baru memimpin Garut sejak November tahun lalu.

Salah satu taktiknya yakni lebih mendekatkan diri berbaur dengan masyarakat mendengar keluhan dan harapan mereka, termasuk dengan paslon pendukungnya dalam pilkada kali ini.

"Saya baru masuk ke kantor mulai jam 2-3 siang, sebab sebelumnya keliling dulu, pulang ke rumah jam 11 (23.00 WIB) malam, dan itu terus saya lakukan," kata dia.

Namun sejak masuknya masa kampanye, pola yang ia lakukan tersebut mulai dikurangi dan tetap memantau dari informasi petugas di lapangan.

"Saya door to door ke pak Helmi (paslon) nanti saya dibilang kubu pak Helmi, saya door to door ke pak Iman, nantinya saya dibilang kubu pak Iman, jadi saat ini harus netral," papar dia.

Sebelumnya, polres Garut telah menggelar silaturahmi sekaligus deklarasi anti hoax dengan seluruh tokoh lapisan masyarakat, untuk menciptakan situasi Garut kondusif pada pelaksanaan Pilkada Serentak Tahun 2018.

Lembaganya meminta masyarakat lebih dewasa dan bijak dalam menyampaikan dan menggunakan keterbukaan media dalam menyampaikan sebuah informasi.

"Lihat, cek dan jangan mudah terprovokasi terhadap informasi, lakukan klarifikasi," ujar dia waktu itu.

Ia mencontohkan kasus hoax yang dilakukan ustaz Uyu, marbot masjid di kecamatan Pameungpeuk yang mengaku dianiaya telah menggugah masyarakat Garut untuk tetap bersikap tenang tidak terprovokasi, sehingga kejadian ini tidak terulang. "Jangan ada uyu-uyu yang lain," pinta dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya