Liputan6.com, Garut - Dua kali gagal dalam pencalonan sebagai Pahlawan Nasional dari Garut, Jawa Barat, tak menghalangi warga kota Dodol tersebut untuk kembali mengusung Raden Ayu Lasminingrat (R.A Lasminingrat) sebagai pahlawam nasional dari Tatar Priangan.
Penggiat Sosial Kabupaten Garut, Rani Permata mengatakan, digelarnya saresehan R.A Lasminingrat beberapa waktu lalu, diharapkan kembali menjadi pintu pembuka diterimanya R.A Lasminingrat sebagai Pahlawan Nasional perempuan dari Garut.
Advertisement
"Kami juga tengah mendorong Pemda agar mengeluarkan perda menjadi nama jalan," ujarnya di sela-sela saresehan nasional RA. Lasminingrat, Selasa, 10 April 2018.
Menurutnya, kegagalan dua kali dalam mendukung tokoh literasi perempuan pertama nasional dari Gatut tersebut, terletak pada belum komplitnya data kajian secara akademik untuk mendukung pemberian pahlawan bagi istri Bupati Garut pertama tersebut.
"Kekurangan tahun lalu hanya soal hasil kajian ilmiahnya saja," kata dia.
Untuk itu, istri mantan wakil Bupati Garut Dicky Chandra tersebut, bakal segera menyiapkan hasil kajian ilmiah, termasuk melengkapi bukti baru dengan adanya hasil karya tulisan RA Lasmimingrat.
"Ada beberapa karya sastra lasminingrat yang ditemukan beberapa budayan termasuk hasil tulisannya di Belanda," kata dia.
Teh Rani panggilan akrab dia, mencontohkan beberapa hasil karya tulisan dia yang diterjrmaahkan RA. Lasminingrat ke dalam bahasa Jawa dan Sunda. "Jadi beliau ini adalah pahlawan literasi perempuan pertama nasional," ujarnya.
Ia mencontohkan banyak karya mediang R.A Lasminingrat yang menjadi pijakan dan pedoman Pahlawan Nasional perempuan saat itu, sebut saja Dewi Sartika di Bandung yang kemudian mendirikan sekolah perempuan dan menjadi Pahlawan Nasional di kemudian harinya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Anggaran Rp 200 Juta
Pengurus RA Lasminingrat Yudi Nugraha menambahkan, untuk mendukung rencana pengusungan kembali RA. Lasminingrat sebagai Pahlawan Nasional di 2019 mendatang. Lembaganya siap menggelontorkan anggaran hingga Rp 200 juta. "Ini sebuah kebanggaan bagi warga Garut, ternyata di Garut tanpa kita sadari ada pahlawan yang dihasilkan," kata dia.
Bagi masyarakat Garut, nama RA Lasminingrat memang sebuah kebanggaan. Sosok istri mantan Bupati Garut Arianudatar ini, lebih dulu menjadi tokoh literasi nasional, dengan karyanya menerjamaahkan karya dalam bahasa Belanda, jauh sebelum Kartini (1879) dan Dewi Sartika (1884) dilahirkan.
Dalam beberapa catatan, diketahui jika RA Lasminingrat adalah tokoh di bidang penulisan dan pendidikan bagi perempuan khususnya perempuan Sunda.
Lasminingrat tercatat sebagai perempuan pribumi satu-satunya yang mahir dalam menulis dan berbahasa Belanda pada masanya. Pada 1871 ia kembali dan menetap di Pendopo Kabupaten Garut.
Advertisement