Serangan Koalisi AS Bidik Pusat Penelitian Senjata Kimia dan Basis Militer Suriah

Menurut Jim Mattis, serangan ini dirancang hanya untuk memberikan pesan tegas kepada Suriah mengenai sikap AS yang menentang penggunaan senjata kimia.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Apr 2018, 13:07 WIB
Menhan AS, Jim Mattis. (AP)

Liputan6.com, Damaskus - Koalisi militer Amerika Serikat, Prancis dan Inggris melancarkan serangan ke pangkalan militer dan pusat riset kimia di Suriah, Sabtu 14 April 2018 waktu setempat.

Serangan ini dilakukan atas respons AS terkait senjata kimia yang menewaskan puluhan orang di Douma, pekan lalu. AS menuding Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab atas serangan senjata kimia tersebut.

Dikutip dari laman CNBC.com, Sabtu (14/4/2018), Menteri Petahanan Amerika Serikat, Jim Mattis dan Jenderal Marinir Joseph Dunford mengatakan, tiga lokasi fasilitas produksi senjata kimia menjadi target penyerangan.

Meski demikian, Pentagon belum mengonfirmasi berapa banyak rudal yang menghantam sasaran mereka. Mattis dan Joseph Dunford menyebut tiga lokasi yang menjadi sasaran serangan dimulai sejak pukul 04.00 pagi waktu setempat.

Sasaran pertama adalah Pusat Studi dan Riset Ilmiah Suriah -- badan pemerintah yang bertanggungjawab untuk penelitian dan pengembangan sistem persenjataan canggih.

"Target kedua adalah fasilitas penyimpanan senjata kimia di sebelah barat Homs. Kami menilai ini adalah lokasi utama produksi prekursor," ujar Dunford.

Sementara itu, sasaran terakhir adalah fasilitas penyimpanan senjata kimia serta pos komando militer Suriah.

Menurut Mattis, serangan ini dirancang hanya untuk memberikan pesan tegas kepada Suriah mengenai sikap AS yang menentang penggunaan senjata kimia.

"Bersama-sama kami telah mengirim pesan yang jelas kepada Assad dan letnan-letnannya untuk tidak melakukan serangan senjata kimia," jelas Mattis.

Serangan senjata kimia di daerah pemberontak di Douma, Ghouta Timur, itu merenggut 60 nyawa dan melukai sekitar 1.000 orang lainnya.

 

Saksikan video pihan di bawah ini:


Pemerintah Suriah Klaim Serangan AS Gagal

Tentara Suriah yang terlihat di pinggiran timur Douma, 8 April 2018. Mereka hendak melanjutkan pertempuran sengit mereka di Ghouta Timur. (Foto: AFP PHOTO)

Sementara itu, media pemerintah Suriah menyebut serangan koalisi militer Amerika Serikat, Prancis dan Inggris yang dilancarkan ke ibu kota Damaskus sebagai operasi ilegal dan "ditakdirkan gagal".

Dikutip dari laman Straits Times, pasukan Amerika Serikat, Prancis dan Inggris menggempur ibu kota Suriah atas dugaan serangan senjata kimia yang menewaskan puluhan orang di Douma, pekan lalu.

"Agresi tripartit adalah pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional," kata kantor berita SANA.

Koresponden AFP di Damaskus melaporkan setidaknya ada beberapa ledakan berturut-turut yang terdengar pada pukul 04.00 pagi waktu setempat (01.00 GMT) yang diikuti suara mesin pesawat, demikian dikutip dari laman Times of Israel.

Kepulan asap pun dapat terlihat dari tepi utara dan timur ibu kota. Media Suriah itu juga merilis sejumlah foto dengan awan berwarna merah yang tampak jelas di langit Damaskus.

Kantor berita SANA juga melaporkan, serangan gabungan Amerika Serikat menyasar pada pusat penelitian yang terletak di bagian Timur Laut dan pusat militer di kawasan Damaskus, tetapi serangan yang mengarah pada tempat penyimpanan senjata berhasil digagalkan.

Sementara itu laporan lain menyebut langit Aleppo di bagian utara terlihat cerah, sama halnya dengan Hasakeh (Timur Laut), serta Latakia dan Tartus di tepian barat, tempat penyimpanan senjata militer Suriah dan Rusia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya