Liputan6.com, Batam - Bank Indonesia (BI) memprediksi neraca perdagangan Maret 2018 akan surplus. Hal ini setelah dalam tiga bulan terakhir neraca perdagangan Indonesia berada dalam kondisi defisit.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, pihaknya telah mengkaji terkait neraca perdagangan Maret. Hasilnya, neraca tersebut diperkirakan surplus USD 1,1 miliar.
"BI sudah mengkaji bahwa di Maret 2018 itu kami perkirakan neraca perdagangan akan surplus USD 1,1 miliar. Jadi neraca dagang yang Januari dan Februari sempat defisit USD 750 juta, kemudian defisit US$ 120 juta. Itu di Maret ini akan ada surplus kira-kira USD 1,1 miliar. Jadi neraca perdagangan kami di kuartal I 2018 akan positif," ujar dia di Batam, Kepulauan Riau (14/4/2018).
Baca Juga
Advertisement
Sementara untuk transaksi berjalan (current account), suplus neraca perdagangan diharapkan akan memperbaiki defisit transaksi berjalan Indonesia yang dalam dua tahun terakhir membaik.
"CAD (current account defisit) kita sangat sambut baik bahwa di 2016 1,8 persen dari GDP (gross domestic product), 2017 1,7 persen dari GDP. Kita melihat bahwa nanti kuartal I 2018 ada di kisaran 2 persen dari GDP. Memang agak sedikit meningkat transaksi berjalan tapi itu adalah karena impor yang bagus," tutur dia.
Agus mengatakan, impor bahan baku dan bahan antara yang dilakukan selama ini menunjukkan geliat industri di dalam negeri. Hal ini memberikan indikasi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
"Impor bahan baku dan bahan antara yang cukup meningkat untuk mengisi dan memenuhi kebutuhan manufaktur untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018," ujar Agus.
Ia menambahkan, hal itu sejalan dengan perkiraan BI kalau transaksi berjalan di Indonesia kuartal I 2018 ada di kisaran 2 persen dari produk domestik bruto (PDB). "Sepanjang tahun itu akan ada di bawah 2,5 persen dari GDP," kata dia.
Neraca Perdagangan RI Defisit pada Februari
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia defisit USD 0,12 miliar pada Februari 2018. Hal tersebut meneruskan tren defisit yang juga terjadi pada Januari 2018 yang sebesar USD 670 juta.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit ini dipicu defisit sektor migas USD 0,87 miliar, walaupun neraca perdagangan sektor nonmigas surplus USD 0,75 miliar.
"Neraca perdagangan Februari 2018 kembali mengalami defisit, karena ekspornya adalah sebesar USD 14,1 miliar, impornya USD 14,2 miliar. Jadi mengalami defisit tipis," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis 15 Maret 2018.
Dia menjelaskan, nilai ekspor Indonesia pada Februari 2018 mencapai US$ 14,1 miliar atau menurun 3,14 persen dibandingkan ekspor Januari 2018. Sementara dibandingkan ekspor nonmigas Februari 2017 naik 11,3 persen.
Sementara dari sisi impor pada Februari 2018 mencapai US$ 14,21 miliar atau turun 7,16 persen dibandingkan Januari 2018. Sebaliknya jika dibandingkan Februari 2017 meningkat 25,18 persen.
"Ini perlu menjadikan perhatian karena selama tiga bulan berturut-turut neraca perdagangan kita defisit sejak bulan Desember, Januari dan Februari," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement