Ternyata, Begini Asal Mula Jabat Tangan, High Five, hingga Fist Bump

Kebiasaan jabat tangan ternyata bisa ditelusuri sejak Abad ke-5 Sebelum Masehi. Begini kisahnya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Apr 2018, 10:14 WIB
Presiden AS, Donald Trump berjabat tangan dengan Putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman di Gedung Putih, Selasa (20/3). Kunjungan ini sebagai bagian dari perjalanan ke Amerika di ketegangan antara Arab Saudi dan Iran. (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Jakarta - Mengucap salam, jabat tangan, hingga tos (high five) menjadi cara kita menyapa teman atau kenalan baru. Tindakan-tindakan yang dianggap wajar saat ini, ternyata punya makna mendalam pada masa lalu.

Jabat tangan, khususnya, bisa ditelusuri sejak Abad ke-5 Sebelum Masehi. Sejumlah artefak arkeologi menunjukkan bahwa kebiasaan itu dipraktikkan pada era Yunani Kuno.

Seperti dikutip dari The Vintage News, Minggu (15/4/2018), kala itu, jabat tangan adalah simbol damai -- menunjukkan bahwa seseorang sedang tidak membawa senjata.

Di Museum Pergamon di Berlin, Jerman, sebuah artefak kuno menggambarkan dua tentara yang sedang bersalaman. Sementara, di Acropolis, Athena, Yunani. sebuah lempeng batu mengabadikan gambar Hera dan Athena saling berjabat tangan.

Penyair Yunani, Homer atau Homeros, mendeskripsikan soal jabat tangan sebagai ekspresi percaya dalam eposnya Odyssey dan Iliad.

Sementara itu, selama era Romawi Kuno, jabat tangan berevolusi. Tak hanya sebatas telapak tangan, melainkan saling memegang lengan masing-masing. Sedangkan para ksatria pada Abad Pertengahan diduga bertanggung jawab mempopulerkan salaman sembari mengguncangkan tangan lawan bicara kuat- kuat. Konon, itu adalah cara untuk mengeluarkan senjata tersembunyi.

Sejumlah sejarawan berpendapat, cara jabat tangan yang biasa dilakukan pada era modern dipopulerkan oleh Kaum Quaker -- perkumpulan agama sahabat, kelompok Kristen Protestan asal Inggris -- pada Abad ke-17.

Kaum Quaker berpendapat, bersalaman lebih egaliter daripada menghormat dengan cara mengangkat ujung topi (a hat tip) atau membungkuk, demikian dikutip dari History.com.

Seperti terlihat dalam foto-foto pernikahan dari Abad ke-17, suami dan istri saling berjabat tangan sebagai simbol komitmen perkawinan mereka yang sah secara hukum.

Pada Era Victoria di Inggris, aturan kesopanan atau etiket menganjurkan jabat tangan harus dilakukan dengan kuat.

Sejumlah negara-negara berbahasa Inggris dan di Skandinavia lebih memilih jabat tangan yang mantap. Sebaliknya, di beberapa belahan dunia, pegangan yang terlalu kuat dianggap kasar dan agresif. Beberapa negara Asia lebih suka salaman yang lebih lembut.


Asal Mula Tos

Pemain Golden State Warriors, David West (kiri) memberikan tos kepada rekannya Kevin Durant (35) saat melawan Utah Jazz pada gim keempat playoff NBA di Salt Lake City, Senin (8/5/2017). Warriors menang 121-95. (AP/Rick Bowmer)

Kontras dengan asal usul jabat tangan, awal mula tos (high five) berasal dari seabad lalu. Awalnya, tos tidak dilakukan dengan mengangkat tangan.

Tos, dengan posisi telapak tangan di bawah menjadi bagian dari budaya warga Amerika keturunan Afrika sejak Era Jazz (Jazz Age).

Belakangan, tos bahkan menjadi bagian dari sebuah gerakan. National High Five Day, #NH5D digagas University of Virigina untuk mengampanyekan kesehatan kaum muda dan menyebarkan keceriaan.

National High Five Day diperingati setiap hari Kamis ketiga pada Bulan April. Tahun ini, acara itu jatuh pada 19 April 2018.

Penggagas gerakan itu menyusun sebuah cerita asal mula tos yang langsung menarik perhatian para pengguna internet: tentang seorang pemain basket bernama Lamont Sleets Jr. menyaksikan sang ayah, Lamont Senior dan lima rekannya sesama veteran Perang Vietnam saling menepukkan telapak tangan.

Sang pebasket kemudian membawa tos ke gelanggang olahraga bola keranjang.

Namun, ternyata kisah itu fiksi belaka. Pada 2011, reporter ESPN yang melacak kebenaran klaim tersebut tak menemukan sosok nyata Lamont Jr.

Faktanya, adalah Glenn Burke, pemain baseball Los Angeles Dodgers yang melakukan tos di depan para penggemarnya dalam laga melawan Houston Astros pada Oktober 1977.

Burke mengangkat tangannya untuk menyambut rekan satu timnya, Dusty Baker yang berhasil melakukan home run.

"Tangannya terangkat ke atas, badannya melengkung," kata Baker pada ESPN. Ia pun reflek membalasnya. "Aku mengangat tangan dan menepukkannya dengan keras ke tepalak tangannya."

Pascakejadian tersebut, tos jadi kebiasaan di L.A. Dodgers, dan kemudian menyebar ke cabang olahraga lain. Hingga kini.

Sementara, fist bump atau tos dalam kondisi tangan terkepal, baru muncul belakangan.

Berawal dari ring tinju, di mana dua petarung saling mempertemukan kepalan tangan yang dibungkus sarung tinju.

Ada juga yang berpendapat, asal usul fist bump dari lapangan basket. Pada tahun 1970-an, Fred Campbell dari Baltimore Bullets mempopulerkan gerakan itu.

Dan, pada 2008, Presiden Amerika Serikat Barack Obama membuat fist bump menjadi berita utama soal politik. Kala itu Obama melakukannya bersama sang istri Michelle.

Bagi warga Kanada, fist bump adalah alternatif jabat tangan untuk menghindari penyebaran kuman, terutama saat musim flu.

"Itu adalah pengganti terbaik dari jabat tangan. Sebab, sungguh tak sopan jika Anda menolak uluran tangan seseorang,"kata Tom Feasby, dekan fakultas kedokteran di University of Calgary kepada CBC News pada tahun 2009.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya