Liputan6.com, Washington DC - Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS), menarik sebanyak hampir 207 juta butir telur ayam karena diduga mengandung bakteri salmonella.
Dilaporkan pula, setidaknya 22 orang jatuh sakit pasca-mengonsumsi telur yang berasal dari beberapa peternakan di negara bagian North Carolina itu.
Dikutip dari Asia One pada Senin (16/4/2018), telur yang tercemar bakteri salmonella itu diketahui telah dipasarkan di sembilan negara bagian di kawasan Panati Timur dan Midwest.
Menurut laporan situs Food Safety News, penarikan ratusan juta butir telur tersebut merupakan yang terbesar dalam sejarah distribusi pangan di AS, sejak 2010.
Baca Juga
Advertisement
Sementara menurut FDA, ratusan juta butir telur itu kemungkinan terkontaminasi bakteri salmonella braenderup, yakni sebuah organisme yang bisa berisiko melemahkan sistem kekebalan tubuh pada pada anak-anak, orang sakit, dan lansia.
Telur-telur tersebut ditarik langsung oleh Rose Acre Farms, perusahaan distribusi pangan yang berbasis di kota Seymour, negara bagan Indiana.
Adapun masing-masing peternakan yang tersandung kasus ini, menurut FDA, rata-rata menghasilkan 2,3 juta telur dari tiga juta ekor ayam petelur setiap harinya.
Beberapa negara bagian yang menerima distribusi telur-telur tersebut, di antaranya adalah New York, Pennsylvania, North Carolina, Virginia, dan South Carolina.
Simak video pilihan berikut:
Bakteri Salmonella Sebabkan Berbagai Risiko Penyakit
Infeksi bakteri salmonella biasanya berasal dari pengolahan makanan yang kurang tepat.
Bakteri salmonella mengalami masa inkubasi selama satu sampai tiga hari sebelum menyebabkan gejala penyakit.
Sistem pada tubuh yang paling umum terpengaruh oleh infeksi salmonella adalah saluran pencernaan, atau biasa disebut sebagai salmonella gastroenteritis.
Ketika terserang bakteri ini, pasien umumnya berisiko mengalami diare berdarah, kram perut, dan demam.
Salmonella juga bisa menyebar dalam aliran darah, atau yang dalam istilah medis, biasa disebut salmonella bacteremia. Begitu terinfeski bakteri ini, sistem organ dalam tubuh akan terganggu dan menyebabkan gejala penyakit tifoid atau demam enterik.
Gejala-gejala umumnya muncul secara bertahap, meliputi demam, sakit kepala, penurunan nafsu makan, dan perubahan status mental, seperti lesu atau penurunan kesadaran.
Jika kondisinya kian memburuk, pasien dengan demam tifoid mungkin merasakan nyeri perut tiada henti, dan bahkan hingga risiko pembesaran hati serta limpa.
Advertisement