Liputan6.com, Jakarta - Organisasi sukarelawan penyelamat dan medis White Helmets melaporkan, 40 hingga 70 orang tewas akibat dugaan serangan senjata kimia berupa gas di Douma, Suriah. Kota terakhir yang dikuasai pemberontak di Ghouta Timur.
Lewat Twitter, sukarelawan White Helmets mengunggah gambar dan video memprihatinkan yang menunjukkan beberapa jenazah dan korban luka serangan senjata kimia tergeletak di ruang bawah tanah usai diselamatkan. Demikian seperti dikutip dari BBC.
Advertisement
Sementara itu, korban luka diperkirakan kurang-lebih mencapai 500 orang, laporan CNN yang mengutip sumber informasi dari Union of Medical Care and Relief Organizations (UOSSM).
Kendati demikian, belum ada verifikasi independen atas seluruh laporan tersebut, ujar BBC dan CNN. Di sisi lain, pemerintah Suriah telah menyebut tuduhan serangan senjata kimia itu sebagai fabrikasi alias laporan yang dibuat-buat.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva menyebut, isu serangan senjata kimia di Douma yang tengah beredar adalah kebohongan belaka. Dia menyayangkan berita palsu seputar serangan senjata kimia di Suriah.
"Di wilayah Douma hanya ada satu rumah sakit. Pihak Rusia telah mengunjungi rumah sakit tersebut dan memastikan tak ada korban yang meninggal akibat senjata kimia," ujar Lyudmila.
Dubes Lyudmila juga menegaskan jika isu ini adalah kebohongan besar, mengingat Rusia telah membantu pemerintah Bashar Al Assad untuk meredam pemberontakan yang terjadi di Suriah.
"Tidak mungkin rasanya apabila kami yang selama ini membantu menjaga keamanan di Suriah justru membiarkan adanya serangan gas kimia," tegas Dubes Lyudmila.
Menurut Lyudmila, agresi militer bukan menjadi solusi baik bagi Suriah saat ini. Cara terbaik untuk meredam segala permasalahan dapat dilakukan dengan dialog dan pertemuan antar delegasi.
"Pihak kami juga selalu membuka dialog dengan siapa pun. Kami juga tidak menutup kemungkinan untuk menerima segala saran demi terciptanya kedamaian di Suriah," ujar Lyudmila.
Fakta:
Organisasi White Helmets melaporkan adanya serangan senjata kimia berupa gas di Douma. Namun, hal itu dibantah olehDuta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva. Dia menyebut, laporan itu adalah kebohongan belaka.
Kesimpulan: TIDAK SEPENUHNYA BENAR
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: