Jalan Terjal Arema FC

Duel Arema FC melawan Persib Bandung diwarnai kericuhan suporter.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 16 Apr 2018, 17:15 WIB
Kericuhan mewarnai duel Arema FC Vs Persib Bandung (Rana Adwa/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Markas Arema FC, Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu (15/4/2018) memanas. Suporter turun ke lapangan dan memaksa pertandingan berhenti sebelum peluit panjang ditiup. 

Korban berjatuhan. Pelatih Persib, Roberto Carlos Mario Gomes, tampak memegangi kepalanya saat berada lorong ganti. Bersama para pemain dan ofisial Maung Bandung, mereka bergegas meninggalkan lapangan menyusul invasi sebagian pendukung Arema.

Darah menempel di kening pelatih asal Argentina tersebut. Pria berusia 61 tahun itu tampak kaget. Sebab ini kali pertama sepanjang kariernya dia menjadi korban amukan suporter. 

Sementara di luar, suasana masih panas. Penonton terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Untuk menghalau massa, polisi pun terpaksa melepas gas air mata. 

Suasana di tribune penonton juga tak kalah rusuh. Berdesak-desakan.

Sebagian ingin mengejar para pemain Persib yang berjalan ke lorong ganti. Yang lainnya ingin cepat-cepat keluar dari stadion. Sejumlah penonton semaput kehabisan nafas. Sebagian besar wanita. Mereka lalu digotong menuju ruang perawatan medis. '

Insiden memalukan ini terjadi saat Arema FC menjamu Persib pada pekan keempat Go-Jek Liga 1 bersama Bukalapak. Bertanding di depan publiknya, Singo Edan yang belum memetik kemenangan sempat memimpin lewat gol Thiago Furtuoso menit ke-19. 

Namun gemuruh Kanjuruhan segera mereda setelah beberapa detik kemudian, giliran gawang Singo Edan yang jebol. Tendangan Ezechiel N'Douassel merobek jala Arema yang dikawal Utam Rusdiana, pada menit 20 sekaligus mengubah skor menjadi sama kuat 2-2. 

Memasuki babak kedua, pertandingan bertambah panas. Pelannggaran-pelanggaran keras tak terhindarkan. Arema berusaha memegang kendali permainan. Sayang pada menit ke-78, Singo Edan kembali kebobolan lewat sepakan N'Douassel dari dalam kotak penalti. 

Arema FC tidak tinggal diam. Singo Edan berhasil menyamakan kedudukan di menit ke-87. Balsa Bozovic mempertontonkan skill individu sebelum mencetak gol ke gawang M. Natshir.

Sayang, dua menit kemudian Arema justru bermain dengan 10 pemain. Wasit Handri Kristanto mengganjar kartu merah Dedik Setiawan akibat menyikut bek Persib, Ardi Idrus. 

Mendekati akhir pertandingan, penonton yang berada di bawah papan skor sebagian mulai turun ke lapangan. Polisi dan petugas keamanan berusaha menghalau dan menangkap salah seorang di antaranya. Namun upaya ini justru memancing penonton lain turun dari tribune. 

Petugas keamanan pun tampak kewalahan. Sementara pemain dan ofisial dari kedua tim bergegas meninggalkan lapangan. Begitu juga dengan seluruh perangkat pertandingan. Mereka juga mendapat pengawalan yang ketat saat memasuki ruang ganti. 

 

 

 


Dipicu Keputusan Wasit?

Salah seorang pendukung Arema FC digotong rekannya saat kericuhan duel Arema FC Vs Persib Bandung (Rana Adwa/Liputan6.com)

Kapolres Malang, AKBP YS Ujung, mengaku sudah berusaha maksimal untuk membubarkan massa. Namun upaya mereka justru menimbulkan gesekan dengan suporter Singo Edan

"Kami mencoba mengamankan kerumunan suporter yang emosi dengan prosedur yang ada. Namun rasanya sedikit salah paham hingga malah menimbulkan gesekan antara personil dan massa," ujar Ujung saat dikonfirmasi Liputan6.com usai pertandingan.

Menurut Ujung, kepemimpinan wasit menjadi penyebab para penonton turun ke lapangan. Mereka ingin meluapkan kekecewaan mereka terhadap kepemimpinan Handri Kristanto.

Senada dengan polisi, manajemen Arema juga menganggap kepemimpinan wasit sebagai pemicu kericuhan. Seperti dilansir situs Ongisnade, manajemen Singo Edan juga akan melampirkan kronologis keputusan wasit menit per menit dalam laporan kepada PSSI.  

"Malam ini (tadi malam) akan kami kirim kronologis apa yang terjadi karena sesuai regulasi melaporkan hal yang objektif," ujar Media Officer Arema, Sudarmaji.

"Salah satu yang dilaporkan pada kronologisnya adalah tentang keputusan wasit, menit per menit penonton sampai luber ke lapangan," ujar Sudarmaji menambahkan. 

Komisi Disiplin (Komdis) PSSI sejauh ini masih menunggu laporan dari Pengawas Pertandingan (PP) Arema FC vs Persib. Namun rencananya, sidang akan digelar pekan ini. 

Ketua Komdis PSSI, Asep Edwin, juga tidak menutup kemungkinan akan memanggil wasit yang bertugas. "Kita minta keterangan dari wasit supaya lebih jelas," kata Asep.

Pertandingan sendiri telah dinyatakan imbang 2-2. COO PT Liga Indonesia Baru (LIB), Tigorshalom Boboy, menganggap pertandingan sudah selesai setelah menerima laporan dari pengawas pertandingan. "Semua telah kami pelajari. Dari laporan tersebut, kami memutuskan pertandingan telah selesai," ujar Tigorshalom Boboy, COO PT LIB.

Dengan hasil ini, Arema menambah panjang paceklik kemenangannya musim ini. Singo Edan semakin terbenam di dasar klasemen dengan koleksi 2 poin dari empat pertandingan. 

 

 

 

 

 

 

 

 


Arema FC Minta Maaf

Kericuhan mewarnai jalannya duel Arema FC Vs Persib Bandung (Rana Adwa/Liputan6.com)

Kericuhan yang mewarnai duel Arema FC Vs Persib tidak hanya menimbulkan korban di tim lawan. Banyak Aremania--sebutan suporter Arema--juga harus mendapat perawatan. Rata-rata mereka pingsan akibat kehabisan udara dan terinjak-injak penonton lain. Saking banyaknya korban, petugas medis yang berjaga sampai kewalahan menanganinya. 

Manajamen Arema FC bahkan membuka dua posko bagi para korban, yakni di Kantor Arema Jalan Mayjend Panjaitan dan Stadion Kanjuruhan. "Sudah menjadi tanggung jawab kami untuk melakukan kegiatan ini. Setidaknya ini langkah awal kami," kata Sudarmaji. 

Sudarmaji mewakili Arema FC juga minta maaf kepada para pendukungnya. Menurutnya, pihak klub tidak pernah menginginkan kejadian tersebut. Apalagi akibat kericuhan tersebut, banyak suporter Arema yang menjadi korban dan harus dilarikan ke rumah sakit. 

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris. Dia mengaku siap membantu manajemen mengatasi masalah yang ada dan siap menerima sanksi dari liga akibat insiden Minggu (14/4/2018). "Sanksi pasti akan datang, yang terpenting sekarang kita membantu korban yang ada dulu dengan membuat posko di Stadion," katanya.

"Atas nama panpel kami minta maaf. Semoga ini menjadi momentum bagi Arema menjadi lebih baik," katanya.

 

Kericuhan di Stadion Kanjuruhan menjadi salah satu cacatan kelam dalam kompetisi musim ini. Bagi Arema, ancaman sanksi yang akan dijatuhkan oleh Komdis PSSI sekaligus menambah terjal jalan Singo Edan dalam mengarungi ketatnya kompetisi musim ini. 

Bukan kali ini saja Aremania melampiaskan kekesalannya dengan tindakan anarkis. Sebelumnya, pada babak 8 besar Liga Indonesia 2008 lalu, para pendukung Arema juga mengamuk karena merasa dicurangi oleh wasit. Mereka ramai-ramai menyerbu ke lapangan pada menit ke-71. Saat itu, Persiwa Wamena tengah memimpin dengan skor 2-1. 

Para pendukung Arema tidak terima atas keputusan wasit menganulir gol Patricio ‘Pato’ Morales yang menganggapnya telah lebih dulu berdiri dalam posisi offside. Kericuhan tidak hanya berlangsung di dalam stadion, tapi menjalar hingga ke jalan-jalan di Kediri. 

Akibat insiden ini, Komdis PSSI sempat menjatuhkan larangan memasuki seluruh stadion di Indonesia selama 3 tahun. Namun sanski ini mendapat diskon dari Komisi Banding (Komding) PSSI menjadi larangan mengenakan atribut Aremania selama dua tahun. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya