Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi pesan Telegram yang sempat diblokir di Indonesia ternyata sering dipakai pengguna untuk mengirim film bajakan. Berdasarkan investigasi yang dilakukan media The Outline, film-film bajakan itu kebanyakan dicuri dari Netflix dan Spotify.
Mengutip Business Insider Singapura, Senin (16/4/2018), The Outline menyebut, sejumlah kelompok dan channel di Telegram sengaja dibuat dengan tujuan mengirimkan konten bajakan.
Baca Juga
Advertisement
The Outline juga berhasil mewawancarai cukup banyak pembuat channel dan grup Telegram yang namanya tidak disebut. Mereka inilah yang menggunakan Telegram untuk berbagi konten bajakan itu.
Para pengguna Telegram yang memakai aplikasi pesan untuk tujuan terlarang ini menyebut, mereka menilai Telegram merupakan platform yang menawarkan anonimitas lebih tinggi dibanding platform lain.
Selain itu bagi mereka, Telegram tidak terlalu memantau dan tidak tegas menghapus grup serta channel yang dipakai untuk berbagi konten bajakan dan ilegal.
Tidak bisa dimungkiri, privasi merupakan nilai jual aplikasi besutan Pavel Durov tersebut. Oleh karenanya, bukan hal yang mencengangkan jika penggunanya banyak yang memakai Telegram untuk berbagi konten yang sebenarnya dilindungi oleh hak cipta secara ilegal tanpa takut ketahuan.
Di antara beragam channel, ada yang memiliki lebih dari 100 ribu pengguna. Channel tersebut juga telah bertahun-tahun mendistribusikan ribuan konten bajakan termasuk film, tayangan televisi, dan lagu.
Pembajak Anggap Telegram Sangat Bebas
Sementara, anggota yang bergabung dalam channel mengaku tidak pernah menceritakan kegiatan ilegal yang dilakukannya. Mereka percaya, ada kemungkinan Telegram memblokir channels tersebut saat ketahuan membagikan film bajakan.
Dalam sebuah wawancara dengan The Outline, salah satu anggota channel asal Rusia mengatakan, "Saya rasa, orang senang dengan Telegram yang sederhana, mirip dengan laman tahun 1990-2000-an, saat internet masih jadi tempat yang sangat bebas bagi semua orang."
Alih-alih membagikan link tempat pengguna bisa mengunduh film, channel dan grup Telegram tersebut mengunggah film-film tersebut ke server cloud Telegram.
Dengan begitu, pengguna bisa mengunduh film atau lagu hanya dengan satu sentuhan dan langsung disimpan ke smartphone mereka. Namun, ada juga sejumlah channel yang mengarahkan pengguna ke link atau tautan untuk mengunduh film bajakan.
Sejumlah pemilik channel pembajak film mengapresiasi Telegram yang menyediakan ruang penyimpanan besar pada platform tersebut.
Advertisement
Ketidaktegasan Telegram
Sekadar diketahui, Telegram melarang pengguna mengunggah file dengan kapasitas di atas 1,5GB. Namun, dengan canggihnya pengompresan file, film dengan kapasitas penyimpanan berat pun bisa dipangkas jadi lebih kecil.
"Bagi beberapa pengguna, Telegram adalah tambang emas. Aku memulai channel dan mendapatkan uang," kata seorang pemilik channel film bajakan.
Sejumlah pembuat konten yang karyanya diunggah secara ilegal di Telegram pun pernah melapor dan meminta Telegram menghapus konten terebut. Sayangnya, mereka tidak mendapat jawaban memuaskan atas laporannya.
Juru bicara Telegram Markus Ra menyebut makin tua usia Telegram, berbagai tantangan menjamur di platform tersebut.
"Kami terus meningkatkan tool moderasi kami untuk konten publik," kata Ra. Kendati begitu, dia tidak menyebut macam-macam tool moderasi yang digunakan oleh Telegram untuk menghapus konten-konten ilegal tersebut.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: