Liputan6.com, Jakarta - Setiap menit, setidaknya ada 5.000 data di dunia hilang dicuri. Artinya tiap hari, lebih dari 7,1 juta data yang hilang dibobol hacker atau akibat kesalahan manusia.
Data baru Breach Level Index tahunan dari perusahaan keamanan Gemalto, mengalkulasi bahwa lebih dari 2,6 miliar data telah dikompromikan sepanjang 2017. Kejadiannya pun beragam. Ada data yang hilang, dicuri, atau dibiarkan saja tanpa perlindungan di internet.
Jumlah ini naik 88 persen dibanding 2017. Demikian berdasarkan informasi dari laman Dark Reading yang Tekno Liputan6.com kutip, Selasa (17/4/2018).
Baca Juga
Advertisement
Kabar baiknya, jumlah pelanggaran data yang dilaporkan secara publik turun 11 persen menjadi 1.765 pada 2017. Kendati demikian, ada lebih banyak data yang dikompromikan dibandingkan sebelumnya.
Sementara, 1,9 miliar di antaranya merupakan imbas dari kesalahan manusia (human error). Misalnya saja karena konfigurasi database yang salah, kelalaian, atau pembuangan catatan.
Parahnya, insiden yang ditimbulkan karena kesalahan manusia meningkat menjadi 580 persen dibandingkan tahun 2016.
Salah satu tren yang mendorong masalah kesalahan manusia dalam kasus ini adalah kesalahan organisasi. Contohnya, misalnya server online serta asumsi yang salah bahwa penyedia cloud bakal menangani semua keamanan data mereka.
"Mereka secara otomatis menganggap, karena data disimpan di cloud, semuanya aman. Nyatanya tidak," kata Wakil Presiden dan CTO Perlindungan Data di Gemalto Jason Hart.
Dia melanjutkan, "Anda masih perlu mengonfigurasinya dengan benar dan melihat bahwa data Anda aman, karena ini bukan Amazon Web Service yang menjadi penjaga data."
Gemalto menemukan, 70 persen data yang dikompromikan merupakan data yang ditangani dengan salah, misalnya masalah backup jaringan dan server cloud yang salah dikonfigurasi.
Pencurian Identitas
Menurut laporan Gemalto, pencurian identitas merupakan kategori pelanggaran data paling umum, yakni terhitung 69 persen dari semua insiden pelanggaran data.
Angka ini 73 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016. Kebanyakan penyerangnya adalah orang luar (sekitar 72 persen).
Sementara, serangan yang melibatkan orang dalam meningkat 113 persen dengan angka 30 juta data yang jadi korban.
Advertisement
Data Paling Banyak Dilanggar
Hasil laporan juga mengungkap, data paling banyak dikompromikan atau dilanggar pada tahun lalu adalah data kesehatan (27 persen).
Selanjutnya adalah data terkait layanan finansial (12 persen), data edukasi (11 persen), dan data pemerintahan (11 persen).
Laporan Gemalto juga menyebutkan, ada lima kasus pelanggaran data terbesar di tahun 2017.
Kasus-kasus tersebut antara lain adalah pelanggaran data Equifax (147,7 juta data), River City Media (1,34 miliar alamat email), Deep Root Analytics (198 juta data), Alteryx (120 juta data), dan Center for Election Systems at Kannesaw State University (7,5 juta data).
(Tin/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: