Liputan6.com, Jakarta Posisi utang luar negeri Indonesia tercatat mencapai USD 356,23 miliar atau setara dengan Rp 4.907 triliun atau setara Rp 4.907,42 triliun (kurs USD 1=Rp 17.776) hingga Februari 2018. Utang ini terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 181,4 miliar (Rp 2.498 triliun), serta utang swasta USD 174,8 miliar (Rp 2.408 triliun).
Utang luar negeri per akhir Februari tersebut tumbuh sebesar 9,5 persen (yoy), melambat dibanding bulan sebelumnya sebesar 10,4 persen (yoy).
Advertisement
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, hal ini disebabkan melambatnya ULN baik sektor pemerintah maupun sektor swasta. "Pengelolaan ULN pemerintah sejalan dengan kebijakan fiskal untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kegiatan produktif dan investasi," jelas dia dalam keterangannya, Senin (16/4/2018).
Porsi utang luar negeri pemerintah sendiri tercatat mencapai USD 177,85 miliar. Ini terdiri dari SBN (SUN dan SBSN/Sukuk Negara) yang dimiliki oleh non-residen sebesar USD 121,5 miliar dan pinjaman kreditur asing sebesar USD 56,3 miliar.
Sementara utang Bank Indonesia sebesar USD 3,54 miliar. Total utang ini tercatat turun dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD 183,39 miliar.
Utang luar negeri pemerintah pada akhir Februari 2018 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, terutama karena penurunan kepemilikan asing pada SBN domestik sebesar USD 3 miliar.
Sementara itu, biaya utang luar negeri pemerintah dikatakan semakin rendah seiring dengan meningkatnya kepercayaan investor terhadap Indonesia, yang didukung membaiknya fundamental perekonomian dan peringkat utang Indonesia.
"Pemanfaatan utang luar negeri pemerintah diprioritaskan untuk kegiatan yang sifatnya produktif dan merupakan investasi dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi, termasuk memperkuat kemampuan membayar utang luar negeri tersebut," dia menambahkan.
Sedangkan, porsi utang swasta tercatat sebesar USD 174,83 miliar. Utang luar negeri swasta juga terbagi menjadi utang lembaga keuangan dan lembaga non keuangan.
Secara tahunan, pertumbuhan utang luar negeri sektor keuangan tercatat 5,1 persen pada Februari 2018, melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 6,7 persen.
Sementara itu, pertumbuhan utang luar negeri sektor industri pengolahan, sektor LGA, dan sektor pertambangan meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Pangsa utang luar negeri sektor keuangan, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih (LGA), serta pertambangan terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 72,2 persen, relatif sama dengan pangsa pada periode sebelumnya.
Tonton Video Ini:
Rasio Utang ke PDB
Bank Indonesia memandang perkembangan utang luar negeri di Februari 2018 tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Hal ini tercermin antara lain dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Februari 2018 yang tercatat stabil di kisaran 34 persen. Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers.
Berdasarkan jangka waktu, struktur utang luar negeri Indonesia pada akhir Februari 2018 tetap didominasi utang berjangka panjang yang memiliki pangsa 85,5 persen dari total.
"Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemerintah terus memantau perkembangan utang luar negeri dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran utang ini dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," mengutip keterangan resmi BI.
Advertisement