Jelang Era 5G, Indonesia Siapkan 3 Kandidat Frekuensi

Diungkapkan Dirjen Sumber Daya Penyelenggara Pos dan Informatika (SDPPI) Kemkominfo, Ismail MT, ketiganya merupakan pilihan spektrum frekuensi untuk teknologi 5G yang sudah disepakati dunia.

oleh Andina Librianty diperbarui 17 Apr 2018, 08:30 WIB
Ilustrasi Foto Jaringan Telpon Seluler atau HP 4G dan 5G. (iSrockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Dunia tengah bersiap menyambut peluncuran komersial teknologi 5G, yang diprediksi akan terjadi pada 2019. Indonesia pun memiliki tiga frekuensi yang disiapkan untuk bisa menghadirkan 5G, yaitu pada 3,5GHz, 26GHz atau 28GHz.

Diungkapkan Dirjen Sumber Daya Penyelenggara Pos dan Informatika (SDPPI) Kemkominfo, Ismail MT, ketiganya merupakan pilihan spektrum frekuensi untuk teknologi 5G yang sudah disepakati dunia.

Untuk frekuensi 26 dan 28GHz sendiri, dinilai ideal untuk berbagai layanan yang membutuhkan latency atau waktu respons yang rendah.

"Tujuan 5G itu memiliki kegunaan macam-macam untuk berbagai hal penting, seperti layanan yang membutuhkan latency atau delay yang rendah. Jadi jangan sampai komunikasi di layanan itu terjadi delay," ungkap Ismail sata ditemui di Menara Merdeka, di Jakarta, Senin (16/4/2018).

Lebih lanjut, dijelaskan Ismail, Indonesia memang sengaja memilih frekuensi 5G yang telah menjadi standar dunia. Hal ini salah satunya bertujuan menghemat pengeluaran untuk pengembangan dan pembelian berbagai perangkat 5G.

"Kita mengikutI kesepakatan dunia, jadi band frekuensi tidak bisa Indonesia tentuin sendiri. Akibatnya kalau berbeda, maka perangkatnya menjadi spesial, sehingga menyebabkan biayanya bisa lebih mahal. Kami ingin perangkat kita sama dengan negara lain, yang artinya ketika perangkatnya diproduksi dalam jumlah besar, bianya lebih murah," tuturnya.

Menurut Ismail, pemanfaatan teknologi 5G kemungkinan besar akan dimulai dari industri 4.0. Industri 4.0 merupakan nama tren otomatisasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi manufaktur. Hal ini mencakup sistem Internet of Things (IoT), cloud computing dan komputasi kognitif.

"Utilisasi 5G kemungkinan dimulai dari industri 4.0, karena perangkat-perangkat di industri 4.0 baru bisa beroperasi dengan baik kalau dilengkapi teknologi 5G," jelasnya.


Opsi Lain

Direktur Telekomunikasi Khusus Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail (Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza)

Selain ketiga frekuensi tersebut, menurut laporan terpisah, ada beberapa opsi lain mencakup 600MHz, 700MHz dan 800MHz.

5G sendiri sejatinya membutuhkan spektrum dalam tiga rentang frekuensi utama yang memberikan cakupan luas dan mendukng semua kasus penggunaan. Tiga rentang itu adalah di bawah 1GHz, 1-6GHz dan di atas 6GHz.

Mengutip data dari asosiasi operator jaringan mobile GSMA, frekuensi di bawah 1GHz akan mendukung cakupan luas di seluruh daerah perkotaan, pinggiran kota dan pedesaan, serta membantu mendukung layanan IoT.

 


Cakupan dan Kapasitas yang Cukup Baik

Ilustrasi Foto Jaringan Telpon Seluler atau HP 4G dan 5G. (iSrockphoto)

Untuk 1-6GHz, menawarkan cakupan dan manfaat kapasitas yang cukup baik. Ini termasuk spektrum dalam kisaran 3,3 - 3,8GHz, yang diharapkan dapat membentuk basis dari banyak layanan awal 5G.

Adapun di atas 6GHz, diperlukan untuk memenuhi kecepatan broadband kecepatan tinggi yang diharapkan untuk 5G. Fokus pada frekuensi ini akan berada di atas 24GHz atau 28GHz. Selain itu juga ada beberapa minat mengeksplorasi frekuensi dalam kisaran 6-24GHz.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya