Liputan6.com, Yekaterinburg - Seorang wartawan Rusia yang terkenal dengan investigasinya tentang tentara bayaran Rusia di Suriah tewas terjatuh dari apartemennya di Kota Yekaterinburg. Insiden ini menimbulkan kekhawatiran baru tentang ancaman terhadap wartawan independen di Negeri Beruang Merah itu.
Maxim Borodin jatuh dari apartemennya di lantai lima dan meninggal pada Minggu. Hal itu diungkapkan oleh media tempat ia bekerja, Novy Den (Hari Baru). Polisi setempat mengatakan mereka tidak melihat adanya kejanggalan, tetapi kematiannya memicu spekulasi di antara teman dan kolega.
Valery Gorelykh, juru bicara Kementerian Dalam Negeri untuk wilayah Sverdlovsk, mengatakan kepada CNN bahwa apartemen Borodin terkunci dari dalam.
Baca Juga
Advertisement
"Tidak ada yang keluar dari apartemen dan kemungkinan besar tidak ada orang asing di sana," kata Gorelykh.
Komite Investigasi Rusia mengklaim tidak ada indikasi kejahatan dan penyebab kematian wartawan Rusia itu sedang diperiksa. Demikian seperti dikutip dari CNN, Selasa (17/4/2018)
Polina Rumyantseva, pemimpin redaksi dari Novy Den, mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mencurigai bahwa wartawannya melakukan bunuh diri.
"Kami mengunjungi apartemen Maxim, bersama dengan polisi dan ahli forensik pada hari Jumat. Kesimpulan sementara adalah bahwa Maxim jatuh dari balkon apartemennya saat dia mungkin sedang merokok," katanya.
"Karena Maxim memiliki rencana besar untuk kehidupan pribadi dan kariernya, tidak ada yang mendukung teori bahwa dia bunuh diri," tegas Polina.
Sementara, kolega Maxim takut kematiannya bukan kecelakaan, melainkan dibunuh.
Teman Maxim, Vyacheslav Bashkov, menulis di Facebook bahwa wartawan Rusia itu menghubungi dia pagi-pagi pada 11 April dan mengatakan bahwa blok apartemennya dikelilingi oleh "siloviki," atau layanan keamanan swasta Rusia, mengenakan kamuflase dan masker wajah.
Menurut Bashkov, Maxim yakin apartemennya akan segera ditelusuri dan bahwa petugas keamanan sedang menunggu perintah pengadilan.
Bashkov mengatakan Maxim memintanya untuk menemukan seorang pengacara bagi Maxim, tetapi satu jam kemudian Maxim menelepon kembali dan mengatakan itu adalah ketakutannya belaka.
Leonid Volkov, kenalan lain Maxim yang juga merupakan kepala markas pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny di wilayah Yekaterinburg meragukan laporan kematian yang mengatakan wartawan Rusia itu bunuh diri.
Meski demikian, hal itu tidak menutup kemungkinan Maxim melakukannya.
"Bisa saja ia bunuh diri karena putus asa. Maxim Borodin pernah cerita ia ingin pindah ke Moskow, berharap menemukan media yang akan memberinya lebih banyak kebebasan untuk menulis," kata Volkov.
"Kisah ini bukan tentang bagaimana rezim membunuh seorang wartawan yang menulis tentang topik-topik yang tidak menyenangkan," tulis Volkov di Facebook.
"Ini adalah kisah tentang bagaimana rezim membunuh ribuan wartawan, semuanya diwakilkan oleh Borodin, merampas mereka dari prospek apa pun, memaksa mereka untuk memilih antara kehormatan atau sepotong roti setiap hari," tulis Volkov tentang nasib kebanyakan wartawan Rusia.
Kerap Diancam
Maxim Borodin secara teratur meliput kasus-kasus korupsi dan kejahatan tingkat tinggi di Rusia.
Pada Februari, ia menulis laporan investigasi tentang tentara bayaran Rusia yang tewas dalam konfrontasi bersenjata dengan pasukan AS di dekat Deir-Ezzor, Suriah.
Maxim menulis tentang tiga anggota Wagner, sebuah perusahaan militer swasta yang terkait dengan Yravgeny Prigozhin, seorang pro penguasa yang berkuasa.
Prigozhin, yang berada di bawah sanksi AS, diduga telah melakukan upaya sistematis untuk membungkamnya akibat laporan investigasi yang ia tulis.
Maxim juga mengalami ancaman berkali-kali dalam hidupnya.
Tahun lalu, dia memberikan wawancara ke saluran TV independen Rusia, Rain, dan berbicara tentang film kontroversial, Matilda. Usai siaran, ia dipukul di kepala oleh penyerang tak dikenal dengan pipa logam, menurut sebuah unggahan Facebook.
Rusia menempati urutan pertama dalam daftar negara-negara Federasi Jurnalis Eropa dengan jumlah wartawan terbanyak yang dibunuh di Eropa. Sejak 1990, 346 wartawan dan staf media tewas di Eropa, dan sepertiganya kehilangan nyawa di Rusia.
Dalam sebuah pernyataan di Twitter, Harlem Désir, perwakilan kebebasan media untuk Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa, sebuah badan antarpemerintah, menyatakan "keprihatinan serius" tentang kematian Maxim Borodin.
"Saya meminta pihak berwenang untuk penyelidikan cepat dan menyeluruh," katanya.
Advertisement