Filipina Protes 2 Media Mitra Fact Checker Facebook

Pemerintah Filipina mengkritik dua platform berita online independen, yang menjadi mitra program Fact Checker Facebook di negara tersebut.

oleh Andina Librianty diperbarui 19 Apr 2018, 09:00 WIB
Ilustrasi Facebook (AP Photo/Noah Berger, File)

Liputan6.com, Manila - Pemerintah Filipina mengkritik dua platform berita online independen yang menjadi mitra program Fact Checker Facebook di negara tersebut. Kedua media tersebut akan membantu Facebook menghentikan penyebaran berita palsu atau hoax di Filipina.

Dilansir Reuters, Rabu (18/4/2018), dua organisasi berita yang dimaksud oleh Pemerintah Filipina adalah VERA Files dan Rappler IQ. Pemerintah setempat menilai keduanya membiaskan pemberitaan mengenai Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.

Facebook pada pekan lalu mengumumkan, akan bekerja sama dengan VERA Files dan Rappler IQ untuk merilis program fact-checking pihak ketiga, sebagai upaya mencegah penyebaran hoax di layanannya. Namun, pemerintah setempat tidak senang dengan pilihan Facebook tersebut.

Durtete menuduh Rappler mencoba merusak pemerintahannya, yang kemungkinan dibantu mata-mata Amerika Serikat (AS). Rappler sendiri selama ini dikenal dengan reputasinya membuat laporan investigasi.

Securities and Exchange Commission Filipina telah menarik lisensi operasional Rappler, karena dinilai telah melanggar aturan soal kepemilikan asing. Rappler sampai saat ini masih beroperasi sambil menungu banding.

"Kami akan menyampaikan keberatan kami pada pilihan fact-checker Facebook dan ini akan menjadi agenda ketika kami bertemu dengan mereka segera," kata asisten sekretaris di Presidential Communications Operations Office Filipina, Loraine Badoy.

Juru bicara Duterte, Harry Roque, menyambut baik keinginan Facebook untuk melawan penyebaran hoax. Namun, ia menekankan sejumlah orang mengeluh bahwa "polisi kebenaran" yang dipilih terkadang partisan diri mereka sendiri.


Facebook Belum Tanggapi Protes Filipina

Facebook (AP Photo/Paul Sakuma, File)

Seorang juru bicara Facebook enggan mengomentari protes Pemerintah Filipina. Namun, ia menekankan pentingnya program Fact Checker untuk memusnahkan berita palsu.

"Bekerja sama dengan organisasi fact-checking pihak ketiga adalah salah satu cara yang kami harapkan dapat lebih mengidentifikasi dan mengurangi jangkauan berita palsu yang orang-orang bagikan di platform kami," tutur Direktur Facebook di Asia Pasifik untuk urusan mayarakat, Clair Deevy.

Rappler sendiri belum memberikan komentar atas protes tersebut. Di s isi lain, Presiden VERA Files, Ellen Tordesillas, menegaskan komitmen mereka untuk independensi.

"Ketidakberpihakan dan kejujuran adalah yang dibutuhkan untuk akreditasi jaringan pemeriksa fakta internasional," tutur Tordesillas.

VERA Files dan Rappler IQ adalah anggota jaringan pemeriksa fakta internasional, Poynter Institute, dari Filipina. Poynter Institute adalah sekolah jurnalistik yang berada di AS.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya