Sorot Mata Tajam Harimau di Hutan Saat Petani Selamatkan Ternak

Petani itu mendapati sapinya dalam keadaan sekarat. Petani sempat melihat sorot mata tajam kedua harimau itu mengintai dari kegelapan hutan.

oleh M Syukur diperbarui 17 Apr 2018, 13:09 WIB
Setelah Jumiati, karyawati perusahaan sawit pada awal Januari lalu, kini buruh bangunan bernama Yusri yang menjadi korban keganasan harimau di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. (Foto: Dok. BBKSDA Riau/M Syukur)

Liputan6.com, Pelalawan - Meski sudah memastikan yang menerkam sapi di wilayah Lugu Loga, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, adalah harimau, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau tak akan memasang perangkap.

Menurut BBKSDA, dua ekor harimau Sumatera itu hanya lewat dan tak sampai masuk ke permukiman warga. Lokasi sapi diterkam sendiri itu disebut sebagai perlintasan harimau yang berasal dari kawasan Suaka Margasatwa Kerumutan.

"Harimau ini muncul enam bulan sekali, lalu hilang, begitu seterusnya," kata Kabid I BBKSDA Riau Mulyo Hutomo kala dikonfirmasi wartawan, Selasa (17/4/2018) pagi.

Hutomo menyebutkan, Teluk Meranti berada di sisi utara Kerumutan. Wilayah ini termasuk daerah jelajah harimau yang biasanya keluar dari Kerumutan untuk mencari makan.

Terkait tidak dipasangnya jerat, Hutomo menyebut kawasan perlintasannya masih masuk jalur hutan, bukan permukiman seperti kasus Bonita di Kecamatan Pelangiran.

"Kecuali Lugu Logas itu merupakan hutan yang ada permukiman, tentu perlu pendalaman lagi. Ini tidak, harimaunya muncul dan hilang lagi," kata Hutomo.

Hutomo juga menyebut timnya sudah meminta keterangan dari Ujang Kirai, warga yang sapinya diterkam. Sapi itu tak sampai dimakan karena Ujang berusaha menyelamatkan hewan ternaknya itu.

Ternak Ujang ini mengalami luka serius hingga akhirnya sekarat. Ujang disebut Hutomo mengambil tindakan cepat dengan menyembelih sapinya itu.

Saat kejadian, Ujang tak melihat persis sosok harimau. Ujang hanya melihat sorot mata tajam dari kegelapan hutan. Sorot mata itu melihat gerak-gerik Ujang saat menyelamatkan sapinya.

"Hanya sorot mata yang dilihat, tidak tampak harimaunya," kata Hutomo.

Di lokasi setelah tim BBKSDA turun, memang ditemukan jejak-jejak harimau. Setelah dipelajari, ada dua ekor harimau berdasarkan perbedaan besaran jejak.

"Berdasarkan jejak, ada dua harimau. Satu besar dan satu lagi ukurannya sedang, dugaannya induk dan anaknya," jelas Hutomo.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Ada Enam Harimau

Harimau Sumatera bernama Bonita. (Foto: Dok. BBKSDA Riau/M Syukur)

Di Suaka Margasatwa Kerumutan sendiri, Hutomo menyebut saat ini ada enam harimau terpantau. Hal itu berdasarkan hasil jepretan dari kamera pengintai yang dipasang di lokasi.

Enam harimau ini punya wilayah jelajahnya masing-masing. Di sisi utara berjalan ke arah Pelalawan dan barat ke Indragiri Hilir, seperti kasus Bonita dan Boni.

Menurut Hutomo, harimau jantan punya daya jelajah hingga ratusan kilometer. Hal itu akan meningkat jika harimau memasuki masa kawin, di mana hormonnya semakin meningkat.

Untuk harimau betina, Hutomo menyebut punya daya jelajah 50 kilometer. Bisa meningkat hingga ratusan kilometer jika masuk musim kawin, di mana harimau akan mencari pasangannya.

Biasanya, tambah Hutomo, harimau menghindari perjumpaan dengan manusia. Beda halnya dengan kasus Bonita yang malah mendatangi manusia.

"Bonita ini kalau lihat orang di kebun didatanginya, ditongkronginya bahkan dalam beberapa laporan mengejar manusia," kata Hutomo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya