Menanti Hasil SNMPTN 2018, Pasnas 2016: Optimis dan Pesimis Bercampur Aduk

Perasaan campur aduk menunggu hasil pengumuman SNMPTN 2018 sedang dirasakan Paskibraka Nasional 2016

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 17 Apr 2018, 16:32 WIB
Perasaan campur aduk menunggu hasil pengumuman SNMPTN 2018 juga dirasakan para Paskibraka Nasional 2016. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta Tiga orang Paskibraka Nasional 2016 menunggu pengumuman hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2018 dengan harap-harap cemas. Mereka mengaku pasrah dan menerima apa pun hasilnya.

"Deg-degan pasti. Namun, apakah saya pesimis atau optimis, saya sendiri tidak tahu. Campur aduk," kata Krisan Valerie Sangari (17) saat dihubungi Health Liputan6.com pada Selasa, 17 April 2018.

Hasil SNMPTN akan diumumkan secara serentak pada hari ini, pukul 17.00 WIB. Namun, Paskibraka Nasional 2016 dari Sulawesi Utara itu sudah berkumpul bersama teman-teman sekolah dari SMA Kristen 1 Tomohon sejak dua jam yang lalu.

Walaupun dari segi akademis nilai-nilainya tidak pernah turun, katanya, bukan jaminan bisa lolos SNMPTN 2018.

"Kalau mau pesimis, bisa, karena pola penerimaan di SNMPTN beberapa tahun ini tidak pasti. Ada yang kemungkinan bisa lolos, eh tidak lolos. Jadi, saya tidak tahu, mau optimis atau pesimis."

Adapun universitas yang dipilih Krisan, yakni Universitas Gadjah Mada jurusan Kehutanan. "Saya pasrah. Kalau ternyata tidak diterima, masih banyak jalan menuju Roma," ucapnya.

 


Harap-Harap Cemas Menunggu Pengumuman SNMPTN 2018

Abu Assadiki Ujudillah (17) punya perasaan yang sama. Paskibraka Nasional 2016 dari Kalimantan Selatan ini mengaku sedari awal sudah bertekad untuk melanjutkan kuliah kedinasan.

"Jadi, menunggu detik-detik SNMPTN 2018 biasa-biasa saja, karena maunya memang kedinasan," kata Abu.

SNMPTN ini sebenarnya adalah cadangan bagi Abu. Tujuan pertama Abu setelah lulus SMA masuk Akademi Militer (Akmil). "Jadinya begitu. Ini saja, saat pengumuman nanti, maunya dibuka besok saja. Pasrah saja."

Namun, sepasrah-pasrahnya Abu, tetap memilih jurusan perkuliahan yang sesuai keinginan hati nurani, yaitu psikologi di Universitas Padjajaran (Unpad), Jawa Barat, dan Universitas Lambung Makurat (ULM) Kalimantan Selatan; dan Kedokteran di ULM.

"Memilih jurusan ini sesuai arahan. Saya selama sekolah, tanya-tanya ke guru BK dan teman-teman, kira-kira saya ini cocok masuk di mana, sih? Kebanyakan menyuruh saya di psikologi," ungkap Abu.

Abu tidak mau asal memilih, karena jika jalan menuju Akmil agak tersendat, dia berencana untuk kuliah dulu dan tahun depan mencoba Akmil lagi.

Tidak jauh berbeda dari Abu, Paskibraka Nasional 2016 dari Sumatera Utara, Arsy Ardan Lubis, juga merasakan hal yang sama. Malah dia menggambarkan dirinya seperti sedang berjudi.

"SNMPTN ini kayak berjudi. Bertarung nasib begitu. Soalnya, lulusnya itu cuma beberapa persen saja, kebanyakan tidak lulusnya."

Alhasil, siswa SMA Negeri 2 Tanjung Balai ini jadi pesimistis duluan. "Jadi malas bukanya," kata Arsy sambil tertawa.

Pesimistis tidak lolos SNMPTN 2018 semakin bertambah, karena Arsy sempat melakukan sedikit kesalahan yang bisa saja malah fatal.

"Saya kan memilih universitas di Aceh dan USU. Di Aceh maunya dokter hewan, di USU dokter umum sama dokter gigi. Nah, seharusnya jangan memilih dua-duanya dokter, karena saya berharap banget bisa (lolos SNMPTN) di USU," katanya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya