Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) membukukan non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah Rp 3,5 triliun per Maret 2018. Kontribusi terbesar disumbangkan dari kredit rumah nonsubsidi.
"NPL di KPR bank yang subsidi maupun nonsubsidi kurang lebih ada Rp 3,5 triliun, tapi Rp 2,8 triliun merupakan rumah yang kurang lebih jumlahnya yang kita miliki 45.000 rumah se Indonesia," kata Direktur Collection and Asset Management BTN, Nixon LP. Napitupulu dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Selasa (17/4/2018).
Nixon menuturkan, NPL tinggi disebabkan kenaikan kebutuhan akan hunian. NPL paling banyak terdapat pada perumahan nonsubsidi. Jumlahnya dua kali lipat NPL rumah bersubsidi.
Baca Juga
Advertisement
"NPL-nya itu di BTN terkait perumahan yang paling banyak memang kenanya di KPR nonsubsidi walaupun pertumbuhan bisnisnya paling tinggi,” tutur dia.
Nixon menyebutkan kondisi tersebut menunjukkan ada peningkatan daya beli untuk rumah nonsubsidi, tetapi daya bayarnya malah melemah.
Selain itu, ia mengungkapkan NPL juga terdapat pada sektor kontruksi terutama bangunan yang dibangun ke atas (high rise building) seperti apartemen dan perhotelan.
Kendati demikian, Nikson menyatakan, NPL adalah hal yang wajar bagi setiap bank. Yang penting adalah bagaimana bank tersebut bisa mengelola NPL. "Pasti NPL ada terus, pasti selalu ada, tinggal dikelola dengan baik,” tutur dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu A.
Sumber: Merdeka.com
BTN Targetkan Beri KPR Subsidi ke 536 Ribu Rumah
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menargetkan pembiayaan perumahan mengalami peningkatan di 2018 ini. Target tersebut sekaligus untuk mendukung program 1 juta rumah yang dicanangkan pemerintah.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, BTN menargetkan pembiayaan perumahan sebanyak 750 ribu unit sepanjang 2018. Angka tersebut terbagi dalam dua kategori, yaitu KPR subsidi dan nonsubsidi.
"Untuk KPR subsidi tahun ini BTN menargetkan mampu membiayai 536.868 unit, sedangkan yang nonsubsidi 213.132 unit," kata Maryono di kantornya, Selasa 13 Februari 2018.
Sementara itu, pada Januari hingga Desember 2017, BTN telah memberikan dukungan pembiayaan perumahan untuk 667.312 unit rumah. Realisasi tersebut mencapai 100,2 persen dari target perseroan yang sebesar 666 ribu unit.
Dukungan BTN tersebut terdiri atas penyaluran kredit perumahan subsidi untuk 481.329 unit rumah atau setara Rp 34,16 triliun dari target 504.122 unit dan kredit perumahan nonsubsidi untuk 185.983 unit rumah senilai Rp 37,37 triliun dari target 161.878 unit.
"Untuk yang pembiayaan KPR subsidi itu sedikit di bawah target karena konstruksi perumahan itu agak mundur di musim hujan ini, sehingga penyelesaiannya di akhir tahun. Sementara anggaran itu tutup 25 Desember. Sebetulnya stok ada cuma untuk menjadi KPR itu butuh 1-2 bulan," tambah Maryono.
Dari laporan kinerja BTN sepanjang 2017, di segmen kredit perumahan, kredit pemilikan rumah (KPR) emiten bersandi saham BBTN ini pun terkerek naik sebesar 23,26 persen yoy dari Rp 117,3 triliun pada triwulan akhir 2016 menjadi Rp 144,58 triliun di periode yang sama tahun berikutnya.
"Kenaikan tersebut juga terpantau berada di atas rata-rata industri perbankan. Bank sentral merekam, hingga akhir 2017, pertumbuhan KPR dan KPA industri perbankan nasional hanya sebesar 11,4 persen yoy," tambah Maryono.
Dengan penyaluran tersebut, Bank BTN juga tercatat masih menguasai pasar KPR di Indonesia dengan pangsa sebesar 36,3 persen. Kemudian, di segmen KPR subsidi, BTN menjadi pemimpin pasar dengan pangsa sebesar 95,42 persen.
Maryono menambahkan, KPR Subsidi mencatatkan laju pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 32,45 persen yoy dari Rp 56,83 triliun menjadi Rp 75,27 triliun pada Desember 2017.KPR nonsubsidi pun tercatat naik 14,62 persen yoy menjadi Rp 69,3 triliun pada akhir 2017 dari Rp 60,46 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement