Peringkat Utang RI Naik Kelas tapi Rupiah Masih Loyo, Kok Bisa?

Kurs rupiah masih tertekan atas dolar AS karena pengaruh eksternal, yakni rencana kebijakan The Fed.

oleh Septian Deny diperbarui 18 Apr 2018, 14:09 WIB
Gubernur BI, Agus Martowardojo (kedua kanan) memberi selamat kepada Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo usai pengucapan sumpah di Gedung MA RI, Jakarta, Rabu (18/4). Dody Budi Waluyo menjadi Deputi Gubernur BI 2018-2023. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan peringkat utang atau kredit Indonesia oleh Moody's Investor Service belum mampu mengangkat rupiah secara signifikan. Data kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau JISDOR, kurs rupiah masih berada di level 13.770 per dolar Amerika Serikat (AS).

Menanggapi hal tersebut, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, belum menguatnya nilai tukar rupiah bukan hanya dipengaruhi oleh sisi internal, melainkan juga eksternal. Salah satunya soal rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali pada tahun ini.

"Rupiah belum begitu menguat tentunya karena kondisi eksternalnya sendiri masih ada. Artinya tetap ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate tiga kali masih ada. Pasar terus menghitung itu. Tentunya yang harus dilihat adalah pelemahan berlanjut dan rupiah tertahan," ujar dia di Gedung Mahkamah Agung (MA), Jakarta, Rabu (18/4/2018).

Namun demikian, lanjut Dody, kenaikan peringkat dari Moody's merupakan angin segar bagi Indonesia. Dirinya meyakini hal ini akan membantu membawa rupiah kembali menguat secara bertahap.

‎"Dengan menerima kenaikan rating, kenaikan satu note di investment grade itu membantu nanti secara bertahap rupiah menguat. Jangan dilihat bahwa langsung segera menguat, tapi rupiah bisa tertahan stabil di level 13.700 - 13.750 itu suatu prestasi," kata dia.

Sementara terkait kekhawatiran rupiah akan terus tertekan dengan rencana The Fed menaikkan suku bunga, Dody mengaku, BI akan terus melakukan antisipasi agar nilai tukar rupiah tetap terkendali dan stabil sepanjang tahun ini.

"Kita akan terus jaga. Artinya, sampai dengan akhir 2018, kita tetap menghitung nilai tukar rupiah sebagai salah satu risiko yang harus kita cermati," tandas dia.


Dody Budi Waluyo Resmi Dilantik Jadi Deputi Gubernur BI

Dody Budi Waluyo mengucapkan sumpah jabatan sebagai Deputi Gubernur BI di Gedung Mahkamah Agung RI, Jakarta, Rabu (18/4). Pengucapan sumpah jabatan dilakukan langsung oleh Ketua MA, M Hatta Ali. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dody Budi Waluyo resmi menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI). Dody mengucapkan sumpah jabatan di hadapan Ketua Mahkamah Agung (MA) Hatta Ali‎ di Ruang Kusumah Atmadja, Gedung Mahkamah Agung, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

Pengangkatan Dody sebagai Deputi Gubernur BI berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 69/P/2018 tertanggal 13 April 2018 dengan masa jabatan 2018-2023.

"Saudara Dody Budi Waluyo telah diangkat sebagai Deputi Gubernur BI. Sebelum memangku jabatan, Saudara wajib mengucapkan sumpah. Bersediakah Saudara mengucapkan sumpah jabatan?" tanya Ketua MA Hatta Ali di Gedung MA, Jakarta, Rabu (18/4/2018).

"Bersedia," jawab Dody Budi Waluyo.

"Demi Allah saya bersumpah untuk menjadi Deputi Gubernur BI, langsung maupun tidak langsung, dengan nama dan dalih apa pun, tidak menjanjikan untuk memberikan apa pun kepada siapa pun juga. Juga tidak akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapa pun suatu janji atau pemberian dalam bentuk apa pun," kata Dody.

Dody juga berjanji akan mengemban tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab.

"Dan akan melaksanakan tugas Deputi Gubernur BI dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa tanggung jawab. Saya bersumpah akan setia kepada negara, konstitusi dan haluan negara," tandas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya