BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,1 Persen pada Kuartal I 2018

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik pada kuartal II dan III 2018.

oleh Septian Deny diperbarui 18 Apr 2018, 15:15 WIB
Gubernur BI Agus Martowardojo memberi pidato saat pembukaan High - Level International Conference di Jakarta, Selasa (27/2). Konferensi internasional tingkat tinggi ini bertemakan "Models in a Changing Global Landscape". (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2018 sebesar 5,11 persen. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan proyeksi yang sebesar 5,2 persen.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal I ini masih tidak akan jauh dari angka 5,1 persen. Namun hal ini masih sesuai dengan ekspektasi BI. Sepanjang 2018, pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 5,1 persen-5,5 persen.

"Kalau dari BI, pertumbuhan ekonomi itu 5,1 persen-5,5 persen. Mungkin di kuartal I, ada di 5,11 persen," ujar dia di Gedung Mahkamah Agung (MA), Jakarta, Rabu (18/4/2018).

Sementara itu, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2018 memang diperkirakan lebih rendah dibandingkan kuartal IV 2017. Pada kuartal akhir 2017, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,19 persen.

"Pertumbuhan kuartal I sedikit lebih rendah dari kuartal IV 2017," kata dia.

Namun demikian, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi diperkirakan membaik pada kuartal II dan kuartal III 2018. Sementara secara tahunan, pertumbuhan ekonomi pada 2018 diyakini akan lebih tinggi dibanding 2017.

"Untuk keseluruhan tahun akan ada kenaikan di kuartal II dan kuarta III. Kita lihat untuk 2018 akan berada di atas 2017," ujar dia.

 


Alasan Ekonomi RI Sulit Tumbuh di Atas 5,5 Persen

Sebuah gedung yang masih dalam tahap penyelesaian di Jakarta, Senin (27/2). Berdasarkan perkiraan Bank Indonesia (BI) angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta pada tahun 2016 tercatat tumbuh 5,85% secara tahunan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit menembus angka lebih dari 5,5 persen jika hanya mengandalkan ekspor sumber daya alam.

Oleh karena itu, terobosan dari sektor industri harus terus ditingkatkan agar bisa melewati angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut.

"Kalau kita tidak melakukan apa-apa, kalau masih seperti sekarang, ekspor masih dikuasai sumber daya alam, maka pertumbuhan kita akan sulit melewati 5,5 persen. 5,5 persen itu yang optimal, maksimal ya," ujar dia di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa 17 April 2018.

Bambang mengatakan, jika industri manufaktur ditingkatkan, tidak menutup kemungkinan pertumbuhan ekonomi mampu mencapai 6-6,5 persen.

"Kalau misalkan ada terobosan di industri kita lebih kompetitif, ekspor hasil industri juga makin meningkat, ada kemungkinan pertumbuhan kita bisa di atas 6 persen atau 6,5 persen. Itu memungkinkan, tapi sekali lagi itu butuh terobosan dari sektor manufaktur," ujar dia.

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019, pemerintah menargetkan sektor industri nasional tumbuh dalam rentang 5,1 sampai 5,6 persen. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan fokus memperbaiki dan menjalankan beberapa isu strategis.

"Beberapa isu strategis tersebut seperti mendorong peningkatan nilai tambah manufaktur, mendongkrak iklim usaha, mendorong peningkatan produktivitas, kandungan teknologi, dan meningkatkan ekspor produk manufaktur," kata dia.

Khusus peningkatan nilai tambah, pemerintah akan fokus melakukan lima pengembangan industri. Di antaranya adalah pengembangan industri berbasis UMKM pertanian, pengembangan industri hulu, industri pendukung, dan perwilayahan industri, peningkatan ekspor manufaktur, pengembangan kompetensi SDM industri melalui pendidikan vokasi, serta peningkatan penelitian dan pengembangan industri.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya