NASA: Pengurangan CO2 Bisa Selamatkan 150 Juta Manusia

Penelitian yang didanai NASA dan dilakukan ilmuwan dari Duke University, Amerika Serikat, itu telah dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Apr 2018, 20:00 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan Badan Antariksa dan Penerbangan Amerika Serikat (NASA) melaporkan pengurangan emisi karbondioksida (CO2) jangka pendek dapat menyelamatkan 153 juta jiwa di seluruh dunia.

Penelitian yang didanai NASA dan dilakukan ilmuwan dari Duke University, Amerika Serikat, itu telah dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change.

"Pendekatan paling murah hanyalah mengubah kebijakan sektor energi," tulis peneliti utama, Drew Shindell.

"Kebijakan itu akan menyelamatkan 150 juta jiwa manusia dan akan mengurangi risiko iklim jangka panjang," kata Drew menambahkan.

Dilaporkan Anadolu Agency, para ilmuwan menggunakan permodelan yang mengandaikan kebinasaan manusia karena suhu bumi pada 2100 mencapai 2 derajat Celcius.

Kesepakatan Iklim Paris 2015 yang ditandatangani setiap negara menggunakan patokan dua derajat Celcius untuk membuat kebijakan pemotong emisi karbon.

Meski pemotongan itu dirasa sulit dilakukan negara-negara berkembang, para peneliti terus mendesak pengurangan emisi karbon setidaknya jangka pendek.

Sebab, pengurangan karbon jangka pendek dapat menyelamatkan jutaan jiwa ke depannya.

Para peneliti saat ini memantau pengurangan emisi karbon dioksida di 50 kota urban. Dari beberapa kota besar, antara lain Moskow, Los Angeles, New York, Meksiko City, dan Sao Paolo, usaha menekan emisi karbon akan mengurangi kematian dini dari 320.000 jiwa hingga 120.000 jiwa.


Bumi Memanas, Butuh Triliunan Rupiah untuk Kurangi Kadar CO2

Diungkap, setiap email yang dikirim diperkirakan bisa menambah kadar empat gram CO2 di atmosfer Bumi

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi manusia adalah pemanasan global (global warming). Hal ini salah satunya disebabkan oleh karbon dioksida berlebihan. 

Pasalnya, karbon dioksida membuat lapisan ozon berlubang, panas matahari yang berlebih, es kutub mencair, hingga permukaan air laut meningkat. 

Sejumlah hal di atas menjadi perhatian Profesor Jum Hansen, mantan kepala ilmu iklim di NASA. Hansen bersama timnya melakukan penelitian, dan temuannya ini patut diwaspadai oleh manusia. 

Menurutnya, manusia harus segera mengurangi kadar karbon dioksida sejak dini. Jika tidak, generasi selanjutnya harus memilih untuk menghadapi peristiwa cuaca berbahaya atau menghabiskan triliunan dolar untuk mencegahnya.

Sejauh ini, bumi sudah jauh melampaui batas pemanasan global. Kadar polusi di atmosfer bumi tidak akan mungkin berkurang dalam hidup manusia. Meski begitu, para peneliti mengatakan, kita bisa menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer sekitar 12,5 persen.


Menanam Pohon

Ilustrasi pohon (iStock)

Hal ini bisa dilakukan dengan cara sederhana, seperti menanam pohon. Langkah lainnya adalah memanfaatkan teknologi yang fungsinya mirip dengan pohon, yaitu menyerap karbon.

Hasil riset memperkirakan teknologi ini memakan biaya sekitar US$ 535 triliun. Mungkin biaya pengembangan ini mahal. Namun, biaya pencegahan selalu lebih baik daripada biaya mengatasi masalah.

"Melanjutkan emisi bahan bakar fosil yang tinggi dapat membuat generasi selanjutnya mengalami dampak pemanasan yang besar, iklim yang merugikan, atau malah keduanya," tutup Jim.

Reporter: Maulana Kautsar

Sumber: Dream.co.id

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya