Mengejutkan, Inilah Pandangan Generasi Millenial Terhadap Borobudur

Penasaran seperti apa pandangan generasi millenial terhadap Borobudur? Ini jawabannya.

oleh Akbar Muhibar diperbarui 19 Apr 2018, 09:48 WIB
Stupa-stupa Budha terlihat di candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia 10 Mei 2016. Menurut Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo untuk mengajukan arsip sebagai Memory of the World tidak bisa tunggal. (AFP Photo/Goh Chai Hin)

Liputan6.com, Jakarta Borobudur, sebuah daerah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, merupakan rumah bagi sebuah Situs Warisan Dunia yang melegenda yaitu Candi Borobudur. Terkenalnya Candi Borobudur ke berbagai belahan dunia, ternyata memberikan dampak yang beragam bagi setiap orang, termasuk dari generasi millennial yang mengenal Borobudur. Hal ini terungkap pada saat diskusi “Borobudur dalam Potret Lansekap Budaya” yang diselenggarakan di Galeri Komunitas, Rabu (19/4/2018).

Diskusi dimulai dengan membagikan kertas kepada 40 peserta yang berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan, daerah, dan berusia kurang dari 30 tahun. Tugasnya sederhana, yaitu menggambarkan Borobudur dengan gambar yang sederhana. Nantinya gambar ini dikumpulkan kepada moderator dan dipajang di tiang Galeri Komunitas.

“Ternyata, orang-orang mengenal Borobudur itu melalui candinya. Terbukti 90% gambar yang ditempel adalah Candi Borobudur. Padahal, Borobudur sendiri merupakan sebuah kawasan, beruntung saja bisa terkenal karena adanya sebuah candi terbesar di dunia,” ungkap pengamat budaya dari LIKE Indonesia Yogyakarta, Hairus Salim dari rilis yang diterima oleh tim Liputan6.com, Kamis (20/4/2018).

 


Lansekap budaya di Borobudur

Matahari terbit di atas candi Borobudur di Magelang, di provinsi Jawa Tengah, Indonesia pada 10 Mei 2016. Kemegahan Candi Borobudur didokumentasikan dengan baik sejak awal pemugarannya pada 1973-1983. (AFP Photo/Goh Chai Hin)

Prespektif ini menurut Salim, tidak sepenuhnya salah karena Borobudur memang dikenalkan kepada masyarakat dalam konteksnya sebagai candi, bukan sebuah kawasan. Padahal banyak sekali potensi lainnya yang tersimpan di Borobudur, mulai dari alam, kerajinan tangan, hingga kuliner yang dapat dinikmati oleh para wisatawan. Kekayaan inilah yang nantinya bisa digali, sehinga lansekap budaya di Borobudur dapat dinikmati setiap orang.

 


Perspektif memandang Borobudur sebagai kawasan

Pandangan generasi milenial terhadap Borobudur ternyata terpaku pada keberadaan candi saja, belum menyeluruh di sekitar daerah Borobudur. (Foto: Liputan6.com/pool/Akbar Muhibar)

Hasil pemetaan lansekap dari workshop yang telah dilakukan pada Selasa (17/4/2018) juga menunjukkan hal yang menarik. Setelah diajak merasakan secara langsung bagaimana kehidupan di kawasan Borobudur, banyak poin-poin menarik dari kawasan ini yang diungkapkan oleh para peserta. Mulai dari sisi budaya seperti pembatik, penari tradisional dan bermain gamelan, hingga menikmati berbagai kuliner khas dari Borobudur seperti keripik slondok dan teh sereh. Tidak lupa pula spot foto instagramable yang dinikmati para generasi millenial.

Menurut Hairus Salim, dengan mengubah perspektif memandang Borobudur sebagai kawasan, akan membuat kegiatan wisata menjadi sebuah dialog yang menarik dan pertemuan antartradisi, antarkelompok masyarakat, antarkota dan desa, singkatnya antar mereka yang berbeda. Sehingga para wisatawan dapat menikmati Borobudur secara keseluruhan, dan masyarakat dapat hidup dengan sejahtera berdampingan dengan Situs Warisan Dunia UNESCO ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya