Akuntan Perlu Kuasai Data Non-Keuangan di Era Digital

Penguasaan data yang menyeluruh akan membantu akuntan berinovasi.

oleh Bawono Yadika diperbarui 19 Apr 2018, 10:26 WIB
Pembukaan perdagangan saham oleh peserta apafest (Foto:Liputan6.com/Bawono Y)

Liputan6.com, Jakarta - Revolusi industri 4.0 menuntut banyak hal bergeser menjadi aplikasi. Hal ini mengharuskan banyak perubahan dan penyesuaian dalam hal teknologi serta sumber daya manusia.

Atas hal tersebut, Ernest & Young (EY) Indonesia turut berpartisipasi dalam acara Aspiring Professional Accountants Festival (APAFest) 2018 yang diselenggarakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis pagi ini, Kamis (19/4/2018).

Hal ini menjawab kebutuhan akuntan zaman now yang peka akan pertumbuhan teknologi sekaligus festival kreativitas akuntan muda IAI yang mempertemukan perusahaan terkemuka di Indonesia dengan kandidat terbaik calon akuntan profesional.

"Akuntan sangat dibutuhkan oleh BEI, karena jika tidak ada akuntan tidak akan ada BEI. Ini sangat dibutuhkan para investor dalam mengaudit perusahaan. Semoga ini bisa meng-encourage perusahaan-perusahaan yang telah di audit untuk bisa selanjutnya terdaftar di bursa," tutur Direktur BEI Alpino Kianjaya.

Partner EY Indonesia, Isnaeni Achdiat, mengungkapkan akuntan di era digital seharusnya memperhatikan data-data non-keuangan selain data keuangan.

"Pada era digital, akuntan zaman now seharusnya memperhatikan big data, bukan hanya data keuangan, melainkan data-data non-keuangan. Misalnya, data-data yang bersumber dari eksternal, termasuk media sosial," ujar Isnaeni.

"Data operasional non-keuangan lainnya adalah tingkat curah hujan, tingkat kepuasan pelanggan. Semua data harus dilakukan analisis agar memperkaya pengambilan keputusan," tutur dia.

Isnaeni menuturkan, penguasaan akan data yang komprehensif membantu akuntan untuk berinovasi, dan memberikan gagasan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan.

Penguasaan akan ilmu governance dan risk management turut serta menjaga inovasi yang diciptakan akuntan sesuai dengan nilai sosial dan moral di masyarakat.


Menristek Minta Akuntan Lebih Pahami Kode Etik

Menteri Ristek Dikti, Muhammad Nasir bersama para rektor perguruan tinggi dan mahasiswa berfoto bersama saat deklarasi kebangsaan melawan radikalisme di UKI, Jakarta, Selasa (19/9). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir, meminta para akuntan lebih memahami kode etik. Hal ini agar tak ada pelanggaran etik oleh akuntan yang bisa merugikan kepentingan publik.

"Pelanggaran etik oleh para akuntan itu karena dia tak pernah memahami etik dengan baik. Sehingga, moral hazard yang muncul, itu tak benar," kata M Nasir usai menghadiri Simposium Nasional Akuntansi ke-20 di Universitas Negeri Jember, Jawa Timur, seperti ditulis Kamis 28 September 2017.

Pelanggaran etik di dunia akuntansi itu misalnya, pelanggaran atas Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Ini merupakan pelangaran yang berkaitan pelaksanaan pemeriksaan audit laporan keuangan.

"Pelanggaran etik itu memang masih ada, tapi tak banyak," ucap Nasir.

Ia menambahkan, kode etik seharusnya dipahami dan diterapkan dengan baik. Untuk pendidikan akuntansi misalnya, dituntut mempelajari International Acounting Education Standart dengan tuntas. Jadi ketika di dunia profesional, sikap dan perilaku independen bisa tetap dijaga.

"Profesi akuntan ini masih dibutuhkan, apalagi di desa yang sekarang menerima dana desa," ujar Nasir.

Seperti diketahui, M Nasir di Simposium Nasional Akuntansi ke 20 itu dianugerahi Live Time Achievement dari Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Pendidik (IAI Kapd). Penghargaan diberikan atas pengabdiannya di IAI selama ini. "Selama 20 kali simposium nasional akuntansi, saya ikut terus. Harapan saya simposium ini bisa menghasilkan inovasi terkait pelaporan," kata Nasir.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya