Jelang Referendum Irlandia, Facebook Terapkan Alat Anti-Propaganda

Facebook tidak ingin kecolongan lagi, mereka pun menerapkan fitur terbaru untuk meningkatkan transparansi.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Apr 2018, 13:00 WIB
Dublin, Republik Irlandia (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Facebook tidak mau mengulangi kesalahan ketika oknum-oknum jahat di platform mereka menyebar iklan-iklan yang isinya belum tentu benar untuk memengaruhi pikiran orang lain.

Referendum aborsi di Irlandia yang akan segera diadakan menjadi kesempatan bagi Facebook untuk menerapkan fitur baru mereka untuk meningkatkan transparansi.

Dilansir Reuters, Minggu (22/4/2018), Facebook akan menampilkan fitur view ads agar pengguna mengetahui iklan-iklan yang disebar sebuah laman (page).

"Mulai 12 April, kami akan menyertakan Irlandia ke program perdana ini sebagai tahap pertama upaya transparansi, yaitu fitur view ads," ucap Joel Kaplan, Wakil Presiden Facebook untuk Kebijakan Global.

Langkah ini diambil Facebook setelah muncul tudingan bahwa oknum dari Rusia membeli iklan di Facebook untuk menyebar berita palsu serta propaganda untuk memengaruhi pikiran pengguna sebelum pemilu Amerika Serikat (AS). 

Dengan adanya fitur view ads, diharapakan terjadi transparansi dan membantu pemilih agar tahu siapa di balik iklan yang mereka tonton menjelang referendum aborsi, baik dari kubu pro maupun kontra aborsi.

Karena hal ini, berbagai pihak pun tidak akan bisa dengan mudah menyebarkan iklan-iklan yang kontroversial ataupun palsu, sebab pengguna Facebook akan dapat mengawasi.

Irlandia menjadi negara kedua yang menikmati fitur ini. Sebelumnya, program tersebut pertama kali diuji coba di Kanada, dan mendapatkan hasil yang positif.

Kaplan menyebut fitur ini akan menjamah setiap negara di dunia pada pertengahan Juni 2018.


Ketika Iklan Menjadi Propaganda

Di depan para pendukungnya di Lapangan Manezhnaya Moskow di dekat Kremlin merayakan kemenangannya pada 18 Maret 2018 malam (MLADEN ANTONOV / AFP)

Fitur view ads adalah solusi yang ditawarkan Facebook agar tidak ada orang-orang yang "menunggangi" layanan iklan sebagai sarana menyebar propaganda politik.

Tuduhan penyebaran propaganda melalui iklan muncul setelah kekalahan Hillary Clinton di pemilu AS 2016, para pendukung yang tidak terima menerima kekalahan langsung menyalahkan Facebook yang dituding lalai memonitor iklan-iklan yang berasal dari Rusia.

Selama ini, pendukung Hillary Clinton memang masih menyebarkan tuduhan bahwa kemenangan Donald Trump dibantu oleh Presiden Vladimir Putin dari Rusia.

Sebelumnya, pihak Facebook sudah menolak tuduhan itu, dengan menyatakan bahwa mereka sepertinya tidak lagi berpangku tangan untuk memperbaiki transparansi. 

 


Iklan Adu Domba di Facebook

logo facebook di HP (sumber: snopes.com)

Sebagian besar iklan politik tentang isu adu domba yang ada di Facebook sebelum pilpres AS 2016, disponsori oleh kelompok-kelompok mencurigakan.

Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh University of Wisconsin-Madison, berbekal basis data lima juta iklan di Facebook.

Dilansir Reuters, sebutan kelompok mencurigakan ini diberikan karena tidak ada satu pun informasi mengenai para pengiklan tersebut di publik.

Satu dari enam kelompok mencurigakan itu terhubung dengan Rusia, dan identitas dari sisa 122 kelompok yang diberi label "mencurigakan", masih belum diketahui.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya