Tangisan Guru SD yang Disekap Kelompok Kriminal Bersenjata Papua

Baik guru lelaki maupun guru perempuan yang bertugas mengajar siswa SD di Aroanop dianiaya oleh kelompok kriminal separatis bersenjata. Harta mereka juga dijarah.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Apr 2018, 17:29 WIB
Ilustrasi Foto Perampokan dan Pembobolan. (iStockphoto)

Liputan6.com, Timika - Salah seorang guru SD Negeri Aroanop, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua, Rano Samsul Bahri, mengungkapkan barang-barang pribadinya dan barang milik tujuh rekannya dijarah oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB).

"Jadi, bukan hanya tindakan kekerasan dan intimidasi, tetapi barang-barang kami dijarah oleh KKSB," kata Samsul saat dievakuasi ke Timika, Kamis (19/4/2018), dilansir Antara.

Sebelumnya, pada Jumat, 13 April 2018 lalu, KKSB yang diduga melarikan diri dari Kampung Banti, Distrik Tembagapura, memasuki Kampung Aroanop setelah dipukul mundur oleh aparat keamanan.

Samsul menuturkan bahwa pada Jumat sekitar pukul 15.00 WIT, sebanyak 20-an anggota KKSB memasuki rumah guru yang mereka tempati di Aroanop dan mulai mengintimidasi para guru yang saat itu berjumlah delapan orang.

"Kami tidak tahu apa tujuan mereka. Kami ditodong dengan senjata api. Guru laki-laki dipisahkan dengan guru perempuan. Guru laki-laki ditodong dengan senjata api yang diarahkan ke kepala," kata Samsul.

Sedangkan, para guru perempuan yang berjumlah empat orang tersebut dipukul dan ditendang. Samsul bahkan menangis dan tidak bisa mengisahkan selanjutnya apa yang dialami para guru perempuan itu.

"Mereka akhirnya kabur dengan membawa 10 unit telepon seluler, empat laptop, sebagian bahan stok makanan, bahkan pakaian kami diambil semua," katanya lagi.

 

 


Pikirkan Anak-Anak

Ilustrasi Foto Penembakan (iStockphoto)

Ia mengakui bahwa para guru laki-laki tidak berdaya untuk melawan, sebab anggota KKSB tersebut seluruhnya membawa senjata api dan parang serta sangkur yang ditodongkan kepada mereka.

Samsul kembali menangis ketika ditanya apakah peristiwa itu menyurutkan semangatnya untuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa di wilayah tersebut.

"Kejadian itu tidak menyurutkan semangat kami, justru kami sedih karena alasan kami bertahan di Aroanop adalah nasib anak-anak didik kami dua pekan depan akan melangsungkan ujian kenaikan kelas. Sementara, kami harus dievakuasi ke Timika," kata Samsul lagi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya