Liputan6.com, Jakarta - Pakar Komunikasi Politik, Effendi Gazali mengatakan, bukan urusan gampang bagi Joko Widodo atau Jokowi untuk memilih calon wakil presiden atau cawapres di Pilpres 2019. Jokowi harus benar-benar tepat dalam memilih pendamping di pesta demokrasi tersebut.
"Ini suatu yang tidak gampang. Saya saja enggak gampang menebaknya. Terutama karena begini, persaingan itu dibuat begitu terbatas. Jadi orang seakan-akan sedang mengarah ke dua calon, ya satu saja. Jadi, ini demikian rumit," kata Effendi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (19/4/2018).
Advertisement
Dia menyebut, sebagai calon petahana, elektabilitas Jokowi tidak setinggi mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY saat Pilpres 2009.
SBY kala itu, lanjut dia, memiliki elektabilitas di atas 60-70 persen sehingga sangat mudah dipasangkan dengan siapa saja.
"Makanya disebut Pak SBY pasangan sama sandal jepit aja pasti menang. Jadi kalau sekarang mengatakan elektabilitasnya tinggi, saya enggak percaya. Buktinya masih gugup-gugup, psikologisnya berbeda saat Pak SBY maju di periode kedua," papar dia.
Effendi juga menyebut bila Jokowi salah memilih pendamping di kontestasi ini, kemungkinan kalah bisa terjadi.
"Iya sama, kalau dua pasang (Jokowi ataupun Prabowo) kalau dia salah memilih akan sulit," jelas Effendi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Punya Incaran Sendiri
Sementara itu, Pengamat Politik dari LIPI Siti Zuhro meyakini Jokowi telah mendaftar calon-calon cawapresnya. Namun, dia menyebut hal itu tidaklah mudah untuk mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"Bisa jadi dilema juga buat dia. Tidak mudah kalau masing-masing partai mengusung cawapresnya, ini masalahnya," kata Siti.
Advertisement