Liputan6.com, New York - Harga emas naik dipicu kekhawatiran tentang tekanan inflasi, seiring ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina yang memberi dukungan lebih lanjut kepada logam mulia.
Harga emas di pasar spot, naik 0,2 persen menjadi USD 1.351,51 per ounce, sehari setelah menyentuh posisi tertinggi dalam satu minggu di USD 1.355,74. Harga emas berjangka AS naik 0,1 persen menjadi USD 1,354.50 per ounce.
Advertisement
"Harga emas melonjak akibat dari rangsangan gerakan yang mendasari harga komoditas," kata Stephen Innes, Kepala Perdagangan Asia-Pasifik OANDA di Singapura.
Adapun pasar saham Asia sempat melonjak pada Kamis karena harga minyak mencapai posisi tertinggi dalam lebih dari tiga tahun. Harga aluminium mencapai posisi tertinggi sejak 2011, alumina menyentuh posisi tertinggi dalam 6-1/2 tahun.
Ketakutan inflasi mendorong harga emas, yang dipandang sebagai safe haven terhadap kenaikan harga.
"Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah ancaman tarif yang dipaksakan oleh Trump terhadap China... Jika ketegangan perdagangan meningkat, harga emas lebih lanjut bisa naik hingga USD 1.600 per ounce," tambah Gan.
Kementerian perdagangan Cina mengatakan jika mereka bersiap untuk menangani segala efek negatif dari perselisihan perdagangannya dengan Amerika Serikat. Dan bahwa AS membuat perhitungan yang salah jika berupaya menahan kenaikan tarif di China.
Harga Komoditas Lain
Harga emas di pasar spot menghadapi resistance di posisi USD 1.356 per ounce, yang bisa membuat harga mencapai USD 1.365,23, menurut Analis Teknikal Reuter Wang Tao.
Sementara itu, harga perak naik 0,5 persen menjadi USD 17,23 perons. Harga telah mencapai USD 17,26, tertinggi sejak 1 Februari, disesi sebelumnya.
Harga Platinum naik 1,1 persen menjadi USD 945,80 per ounce. Harga menyentuh posisi tertinggi tiga minggu di USD 948,70 pada hari Rabu. Harga Palladium naik 0,1 persen menjadi USD 1.036,08 per ounce.
Advertisement