Liputan6.com, London - Saat membuka pertemuan negara Persemakmuran ke-53 pada Kamis, 19 April 2018, Ratu Elizabeth II, secara resmi menyatakan dukungan bagi putranya, Pangeran Charles, untuk menjadi penerus pimpinan asosiasi Inggris dan bekas koloninya.
Dalam agenda pembukaan yang digelar di Istana Buckingham itu, ratu mengatakan Charles akan "melanjutkan pekerjaan penting" untuk memimpin Persemakmuran sebagai salah panggung geo-politik penting dunia.
Selama beberapa dekade, ratu telah menjadi kekuatan pendorong Persemakmuran, tetapi dia tidak pernah menunjuk siapa yang akan menjadi penggantinya.
"Ini adalah keinginan tulus saya, bahwa Persemakmuran akan terus menawarkan stabilitas dan kontinuitas untuk generasi mendatang, dan akan memutuskan bahwa suatu hari, nanti Pangeran Wales (nama kebesaran Pangeran Charles) harus melanjutkan pekerjaan penting yang dimulai oleh ayah saya pada 1949," kata Ratu Elizabeth II, sebagaimana dikutip dari Time.com, Jumat (20/4/2018).
Baca Juga
Advertisement
Beberapa pihak berpendapat sebaiknya Charles tidak segera mengambil alih kendali kelompok tersebut, yang memiliki populasi sebanyak 2,4 miliar jiawa di lima benua.
Alasan tersebut, mayoritas, merujuk pada kurang aktifnya partisipasi Pangeran Charles dalam mengurusi kemitraan Inggris dan negara-negara Persemakmuran, kecuali peran terbesarnya selama ini sebagai advokat lingkungan.
Namun, hal itu ditanggapi sebaliknya olah Perdana Menteri Malta, Joseph Muscat, yang mengaku bahwa Charles "akan memberikan kepemimpinan yang solid dan bersemangat untuk Persemakmuran".
Ia juga mengisyaratkan bahwa para pemimpin pasti akan mengonfirmasi Charles sebagai pengganti ibunya, yang akan berusia 92 pada hari Sabtu, 21 April 2018.
Para pemimpin Persemakmuran akan membahas lebih lanjut penerus pengemban tugas ratu tersebut, ketika mereka bertemu hari ini di Kastil Windsor di sebelah barat London.
Juru bicara Perdana Menteri Inggris, James Slack, mengatakan Britania Raya mendukung Charles menjadi pemimpin kelompok itu, tetapi menambahkan bahwa "suksesi adalah masalah bagi seluruh Persemakmuran untuk ditentukan."
Kelangsungan hidup Persemakmuran banyak bergantung pada komitmen Ratu Elizabeth II, yang telah mengunjungi hampir setiap negara anggota, lebih dari 66 tahun pemerintahannya.
Simak video pilihan berikut:
Dapat Membuka Landasan Baru Perdagangan Inggris
Para pemimpin negara Persemakmuran, mulai dari India hingga Tuvalu, akan menghabiskan dua hari pertemuan di London dan di Kastil Windsor. Agenda mereka termasuk melindungi ekosistem laut dunia, dan membantu negara-negara kecil meningkatkan keamanan siber mereka.
Inggris juga berharap untuk menggunakan pertemuan sebagai landasan peluncuran untuk hubungan perdagangan yang lebih kuat dengan negara-negara Persemakmuran setelah negara tersebut meninggalkan Uni Eropa tahun depan.
Menteri Perdagangan Inggris, Liam Fox, mengatakan bahwa Brexit dapat merevitalisasi Persemakmuran dan "mengantar era baru, memanfaatkan transfer keahlian, bakat, barang dan modal antar bangsa selama satu generasi atau lebih."
Meski begitu, beberapa pihak skeptis bahwa peningkatan perdagangan Persemakmuran dapat menggantikan berkurangnya akses ke pasar terbesar Inggris, Uni Eropa.
Pada 2017, 44 persen ekspor Inggris dikirim ke UE dan hanya 9 persen ke negara-negara Persemakmuran.
Di sisi lain, ada yang mengatakan bahwa Persemakmuran bisa menghadirkan medium, untuk memperluas pengaruh diplomatik dan budaya Inggris setelah meninggalkan Uni Eropa.
Michael Lake, direktur Commonwealth Society charity, mengatakan Persemakmuran bisa menjadi "batu loncatan yang bermanfaat untuk pengembangan agenda soft-power baru Inggris."
Advertisement