Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir pekan ini. Berdasarkan data RTI, Jumat malam (20/4/2018), dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 13.933.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menuturkan, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak hanya terjadi di Indonesia. Salah satu bernasib sama yaitu Korea Selatan.
"Sebenarnya banyak negara, jangan cuma bilang Indonesia. Jadi ini berarti bukan persoalan Indonesia," kata Darmin di Jakarta, Jumat (20/4/2018).
Baca Juga
Advertisement
Darmin menuturkan, pelemahan nilai tukar terjadi karena faktor eksternal seperti membaiknya data perekonomian Amerika Serikat sehingga membuat mata uangnya (USD) menguat terhadap mata uang utama beberapa negara.
"Dan ini enggak usah terlalu dirisaukan. Nanti juga denominasi lagi kalau data dia sudah engga terlalu baik," kata dia.
Nanti demikian, Darmin meminta Bank Indonesia untuk mengantisipasi pergerakan nilai tukar ini. Namun, ketika ditanya soal bentuk antisipasinya, Darmin enggan membeberkannya.
"Saya enggak layak kalau saya komentar atas nama BI,” ujar dia.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah memberi dampak negatif sekaligus positif bagi Indonesia. "Selalu ada positif dan negatifnya ya. Ekspor senang, impor susah. Tapi itu nanti otoritas moneter dan keuangan,” ujar Enggartiasto.
Reporter: Intan Umbari Prihatin
Sumber: Merdeka.com
Rupiah Tertekan
Sebelumnya, nilai tukar rupiah menembus level 13.800 per dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir pekan ini. Imbal hasil surat utang atau obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun menguat 3 persen menjadi sentimen negatif.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar AS (Jisdor), Jumat (20/4/2018), rupiah berada di posisi 13.804 dari posisi Kamis, 19 April 2018 di kisaran 13.778 per dolar AS. Rupiah melemah 26 poin terhadap dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 10 poin ke posisi 13.795 pada Jumat pagi dari penutupan kemarin di kisaran 13.785. Pada Jumat siang, rupiah bergerak di kisaran 13.768-13.832 per dolar AS.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual, menuturkan, pelemahan rupiah lebih didorong sentimen eksternal. Ini dipicu imbal hasil surat utang AS bertenor 10 tahun naik ke posisi 3 persen.
David menilai, kenaikan imbal hasil surat utang AS itu karena kekhawatiran pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve yang cepat.
"Kondisi ini mirip pada Februari. Pemicunya imbal hasil surat utang AS yang sentuh 3 persen. Pelaku pasar khawatir suku bunga bank sentral AS yang cepat karena ekonomi AS yang bagus," ujar David.
Ia menambahkan, penguatan ekonomi AS dilihat dari klaim pengangguran dan nonfarm payroll. Adapun dari sentimen internal, David melihat sepi sentimen. Hal itu karena pelaku pasar sudah mengantisipasi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tetap 4,25 persen.
David menilai, posisi rupiah di 13.700-13.800 per dolar AS sedikit melemah dari kondisi fundamental, tapi pergerakannya wajar. Diperkirakan posisi rupiah 13.700-13.800 akan menjadi titik keseimbangan baru. Hal ini didorong dari kondisi ekternal AS.
"Ekspektasi inflasi naik ke depan dan juga suku bunga bank sentral AS. Level rupiah 13.700-13.800 bisa jadi titik keseimbangan baru,” kata David.
Menurut David, posisi rupiah sudah melemah sekitar 2 persen sejak awal 2018. Hal yang mengkhawatirkan apabila nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergejolak dan turunnya cepat. David menilai, kondisi itu dapat membuat pelaku usaha enggan untuk investasi dan berbisnis.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement