Liputan6.com, Jakarta Aksi unjuk rasa yang digelar di sejumlah lokasi di Nikaragua berlangsung ricuh. Sepuluh orang tewas, dari pihak demonstran dan petugas kepolisian.
Aksi demonstrasi ini dipicu oleh Undang-Undang yang baru dikeluarkan pemerintah. Dalam aturan anyar tersebut, kontribusi pajak dari penduduk ditingkatkan nilainya. Sementara, tunjangan pensiun dalam sistem jaminan sosial dipotong.
Dilansir dari Huffington Post, Sabtu (21/4/2018), awalnya demonstrasi yang sudah berlangsung beberapa hari itu berlangsung damai.
Baca Juga
Advertisement
Para pengunjuk rasa mengangkat spanduk dan plakat sambil menyanyikan lagu, "panjang umur untuk Nikaragua yang bebas".
Namun di beberapa daerah, tiba-tiba pasukan pro-pemerintah bentrok dengan pengunjuk rasa. Untuk meredam keributan tersebut, polisi anti huru-hara dikerahkan. Gas air mata disemprotkan, hujan peluru karet pun tak terelakkan.
Kondisi di beberapa tempat unjuk rasa berubah kacau pada Kamis lalu. Korban pertama jatuh di tengah situasi yang memanas. Seorang perwira polisi dan dua pengunjuk rasa ditembak orang dikenal.
Kemudian pada Jumat lalu, dua mahasiswa yang ikut aksi unjuk rasa turut meregang nyawa dan puluhan orang dilaporkan terluka sehingga harus menerima perawatan.
"Hingga saat ini ada 48 orang dirawat karena mengalami berbagai macam cedera," kata juru bicara Palang Merah Nikaragua, Guido. Korban jiwa diperkirakan terus bertambah seiring kondisi yang jauh dari tenang.
Sementara itu, saksi mata menyebutkan bukan saja menyebabkan jatuhnya korban tewas, demonstrasi yang rusuh juga membuat gedung-gedung di sekitar lokasi unjuk rasa hancur.
"Sedikitnya lima gedung terbakar selama aksi unjuk rasa ini. Demonstrasi di Nikaragua sudah menyebar ke setidaknya 10 kota," ungkap seorang saksi mata.
Sumber: Merdeka.com
Reporter: Ira Astiana
Saksikan juga video berikut ini: