Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Pada perdagangan di awal pekan ini, rupiah menyentuh angka 13.909 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Senin (23/4/2018), rupiah dibuka di angka 13.908 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.893 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.886 per dolar AS hingga 13.922 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,56 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.894 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.804 per dolar AS.
Dolar AS memang terus menguat di kawasan Asia termasuk juga rupiah pada awal pekan ini. Bahkan dolar AS menyentuh level tertinggi dalam dua pekan terhadap mata uang utama dunia.
Penguatan dolar AS karena kenaikan imbal hasil obligasi AS dan berkurangnya kekhawatiran risiko geopolitik sehingga membebani gerak mata uang safe haven seperti yen Jepang.
Kenaikan imbal hasil obligasi AS membantu penguatan dolar AS. Yield obligasi AS berjangka waktu 10 tahun menyentuh angka 2,968 persen, tertinggi sejak Januari 2014.
Sebelumnya, Korea Utara mengatakan pada Sabtu kemarin bahwa mereka akan segera menangguhkan uji coba nuklir dan rudal.
Kata Bank Indonesia
Sebelumnya, Kepala Grup Asesmen Ekonomi BI Firman Mochtar mengatakan pihaknya akan terus memantau pergerakan nilai tukar rupiah agar bisa menciptakan kepastian pasar.
"Kurs ini kan harga dari devisa ya, ekspor impor, valuta asing harganya adalah kurs, kalau dia berfluktuasi, dia akan menciptakan ketidakpastian. Orang akan susah melakukan perencanaan. Kita berupaya untuk meminimalisasi ketidakpastian ini," kata Firman dalam acara pelatihan wartawan BI, di Lombok, Minggu (22/4/2018).
Dia mengatakan, BI akan tetap menjaga nilai tukar tetap terkendali dengan terus memantau pasar sehingga tidak akan menimbulkan banyak ekspektasi.
"Kita selalu ada di pasar, jadi kurs stabil. Jadi tetap menjaga stabilitas ekonomi. Peran cadangan devisa ini sangat penting. Kita manfaatkan ini tetap terjaga," ujarnya.
Posisi cadangan devisa Indonesia hingga akhir Maret 2018 tercatat sebesar USD 126 miliar, setara dengan pembiayaan 7,9 bulan impor atau 7,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement