Ilmuwan Tanamkan Sel Otak Manusia ke Tikus, Apa Jadinya?

Untuk mempelajari skizofrenia, ilmuwan tanamkan otak kecil manusia ke tikus. Bagaimana hasilnya?

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Apr 2018, 10:00 WIB
Selain memakan kabel dan merusak furniture rumah, ternyata tikus juga bisa memakan sabun mandi (Sumber Foto: Pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan di Salk Institute, USA, baru-baru ini menanamkan organ otak manusia berukuran mungil ke dalam kepala tikus dalam upaya mempelajari skizofrenia dan kemudian menutup tikus tersebut dengan jendela transparan.

Hasilnya, tikus-tikus itu tampak berperilaku seperti tikus biasa sambil menyuplai darah dan nutrisi untuk menjaga otak manusia yang ditanam berkembang selama berbulan-bulan.

Menurut situs Popular Mechanics, para peneliti memang menciptakan organ otak manusia pada tikus untuk mempelajari skizofrenia atau penyakit gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku. Namun, teknik ini bisa lebih bermanfaat di masa depan, seperti sebagai alat perbaikan kortikal untuk orang dengan cedera otak atau masalah perkembangan.

Para peneliti berharap organoid akan membantu menunjukkan bagaimana otak manusia berkembang secara normal dan ketika masalah muncul. Sebelumnya, organoid manusia tidak bertahan lebih dari lima minggu pada tubuh tikus ketika nutrisi dan oksigen tidak lagi mencapai sel-sel terdalam mereka.

Karenanya para ilmuwan menanam organoid otak di piring laboratorium hingga 50 hari, kemudian mengambil sedikit jaringan dari otak tikus untuk memberi ruang bagi implan baru.

Hanya sekitar 80 persen tikus yang sanggup bertahan hidup dari total 200 lebih tikus yang disiapkan. Dalam waktu dua hingga 12 minggu, organ-organ tikus tersebut menerima nutrisi dan oksigen dari jaringan pembuluh darah dan menumbuhkan neuron baru. Sejak ditanamkan pada tikus, organ-organ tersebut bertahan hingga 233 hari, dengan struktur dan pematangan sel yang sama pada bayi yang baru lahir.


Jadi Perdebatan

Percobaan ini sebenarnya menjadi perdebatan karena meningkatkan kekhawatiran bioetika, dan mengundang pertanyaan akankah organ otak manusia bisa mengubah kesadaran atau identitas tikus? Ilmuwan dari penelitian ini setidaknya menemukan bahwa tikus laboratorium dengan otak manusia yang berukuran kecil sepertinya tidak berbeda dari tikus laboratorium standar.

Ketika para peneliti memberi tikus tes ingatan, tikus dengan implan otak manusia membuat lebih sedikit kesalahan, tetapi pada hari kedua mereka kembali ke status sebagai otak tikus biasa.

Penulis:

Dhita Koesno

**Jadilah bagian dari Forum Liputan6.com dengan mengirimkan artikel unik dan terkini melalui email Forum@liputan6.com 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya