BI Optimistis Rupiah Bisa Kembali Perkasa

BI optimistis nilai tukar rupiah yang hampir menyentuh 14.000 per dolar AS berpeluang menguat kembali terhadap dolar AS

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Apr 2018, 19:30 WIB
Direktur Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Rahmatullah (Dok Foto: Merdeka.com/Yayu Agustini Rahayu Achmud)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) optimistis nilai tukar rupiah yang saat ini tengah terpuruk berpeluang menguat kembali (rebound) terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah saat ini nyaris menyentuh level 14.000 per dolar AS. 

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter BI, Rahmatullah mengungkapkan, sejak awal tahun hingga dua atau tiga hari lalu, kurs rupiah telah terdepresiasi hingga 2,23 persen. Namun, rupiah diperkirakan bisa terkerek naik. 

"Bisa saja (rebound), namanya juga nilai tukar dan yield itu bergerak sangat fluktuatif. Artinya bisa naik, bisa turun," kata Rahmatullah, di Gedung BI, Jakarta, Senin (23/4/2018).

Dia menjelaskan, penguatan kembali mata uang rupiah bisa terjadi dengan adanya pengaruh dan sentimen global.

Selain itu, lanjut Rahmatullah, saat ini pasar juga telah melakukan langkah-langkah antisipasi atas kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed yang diyakini akan lebih agresif.

Kendati demikian, dia bilang tidak menutup kemungkinan The Fed juga akan mengeluarkan pernyataan yang bisa mengurangi gejolak dan kekhawatiran yang saat ini tengah terjadi di pasar global, termasuk di pasar uang. 

"Bisa saja ke depan ada statement (The Fed) yang lebih dowfish," ujar Rahmatullah. 

 

 

Reporter : Yayu Agustini Rahayu Achmud

Sumber : Merdeka.com


Fundamental Ekonomi RI Baik

Bank Indonesia AFP PHOTO / ROMEO GACAD

Tidak hanya itu, dia pun optimistis rupiah akan menguat kembali dengan meredanya kekhawatiran terkait perang dagang AS dan China. Dengan demikian, diharapkan The Fed akan kembali mempertimbangkan untuk menahan suku bunga.

"Kita kan sudah melihat beberapa kali yield-nya sudah mau naik 3 persen tapi turun lagi, dolar AS yang tadi menguat kemudian turun lagi. Jadi ini bisa sangat terbuka kemungkinan bahwa dolar AS secara global, kemudian akan kembali koreksi. Yield-nya tidak jadi tembus 3 persen," jelasnya. 

Selain itu, Rahmatullah mengatakan kondisi Indonesia saat ini masih memiliki fundamental perekonomian yang kuat. Terlebih saat ini lembaga pemeringkat internasioal Moody's Investor Service (Moody's) baru saja menaikkan rating utang Indonesia. Dalam riset terbarunya, peringkat Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia naik dari Baa3/Outlook Positif menjadi Baa2/Outlook Stabil.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya