Liputan6.com, Pekanbaru - Teka-teki kenapa harimau Bonita mengamuk mulai terkuak secara perlahan. Harimau sumatera betina ini diduga kehilangan anak yang disusuinya di areal hutan Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.
Naluri keibuan menggiringi hewan berjuluk Datuk Belang ini masuk ke permukiman dan perkebunan sawit untuk mencari buah hatinya. Bisa jadi, Bonita mencari orang yang telah "mencuri" anaknya.
Dugaan Bonita sebagai induk harimau dilihat dari bentuk fisik pada bagian perut yang sudah diperiksa tim medis di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera (PRHS) Dharmasraya, Sumatera Barat.
Baca Juga
Advertisement
Kemungkinan ini juga disampaikan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, ketika ditanyai terkait perkembangan Bonita sejak berada di penangkaran itu.
"Kemungkinan dia sudah punya anak, iya," kata pria dipanggil Haryono ini di Pekanbaru, Senin, 23 April 2018 malam.
Pemeriksaan medis sendiri, sebut Haryono, dilakukan dokter hewan Andita Septiandini. Dokter perempuan ini intens memeriksa Bonita sejak tiba di penangkaran dan ikut sebagai anggota tim terpadu relokasi Bonita.
Dita memeriksa alat reproduksi Bonita dan bagian susunya. Didapati ciri-ciri harimau Bonita pernah melahirkan anak serta menyusui. Untuk memastikan, Dita merasa perlu melakukan Ultrasonografi atau USG.
"Sepertinya belum lama memiliki anak, dilihat dari alat reproduksi dan putingnya. Kemungkinan baru ya, belum kesimpulan karena perlu USG," terang Haryono.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ir Wiratno, menyatakan harimau tidak akan pernah mengganggu manusia.
Wiratno menyatakan, harimau yang menyerang manusia hanya disebabkan dua hal. Pertama, karena habitatnya terganggu; kedua, karena keluarga atau anaknya diusik manusia.
Terkait habitat, Wiratno menyebut bisa terjadi jika hutan beralih fungsi. Hal ini menyebabkan berkurangnya ketersediaan makanan seperti babi. Apalagi kemudian babi-babi turut diburu manusia.
"Indikasinya tidak seimbangnya pakan, kalau babi terus diburu. Pakannya jangan diganggu atau jangan ganggu keluarganya," sebut Wiratno di kantor BBKSDA Riau.
Liputan6.com pernah mengangkat cerita tentang desas-desus kenapa harimau Bonita masuk ke permukiman serta menyerang warga. Ada kabar yang menyebut anak Bonita ditangkap beberapa buruh bangunan di desa itu.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Diduga Anak Bonita Ditangkap Tukang Bangunan
Anak Bonita disebut ditangkap beberapa buruh bangunan yang khawatir dengan kehadiran hewan belang itu. Jerat dipasang hingga anaknya tertangkap dan harus berpisah selama-selamanya dengan sang induk.
Gosip itu sebelumnya sudah didengar Kapolsek Pelangiran Ipda M Rafi. Dia pun diperintahkan atasannya, dalam hal ini Kapolres Indragiri Hilir, untuk mengumpulkan informasi tersebut.
"Jadi setelah dilakukan penyelidikan, kumpulkan informasi, kabar itu tidak benar. Sudah dicari tahu ke warga di sana, tidak ada," kata Rafi ketika dikonfirmasi dari Pekanbaru pada Rabu petang, 14 Maret 2018.
Kala itu, Rafi mengimbau masyarakat supaya tidak terpengaruh gosip tersebut. Dia meminta masyarakat fokus mengatasi konflik dengan harimau yang sudah 72 hari (sebelum Bonita tertangkap) di dusun tersebut.
"Polisi juga turut serta bersosialisasi ke warga untuk mengurangi aktivitas, dan tak keluar sendiri," katanya.
Sebelumnya, seorang tokoh masyarakat di Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Rusli, menyebut ada pengakuan dari beberapa warga pernah menangkap anak harimau, beberapa hari sebelum Bonita mengamuk.
Rusli ini mengaku satu kampung dengan Yusri Effendi yang menjadi korban kedua Bonita. Dia menyebut anak harimau ditangkap warga di dalam kebun sawit Dusun Danau.
"Bahkan anak harimau itu dimakan, itu pengakuan beberapa warga yang saya dengar," katanya kepada wartawan.
Kabar ini juga viral di media sosial Facebook. Akun bernama Sahabat Kelapa Indonesia mengunggah tulisan kenapa Bonita marah, di mana di paragraf akhirnya disebut anak Bonita ditangkap dan dimakan beberapa warga.
Advertisement