Liputan6.com, Jakarta Artikel ini hasil liputan investigasi penulis dengan topik "Efektivitas Makanan Pengganti Antibiotik pada Unggas." Liputan yang dilakukan selama Maret 2018 sebagai bagian penilaian “Fellowship for Journalist Protecting Lives and Livelihoods." Beasiswa diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerjasama dengan FAO (Organisasi Pangan Dunia).
Seiring adanya larangan penggunaan antibiotic growth promoter (AGP) pada pakan ternak, khususnya unggas. Para peternak akhirnya memberi pakan ayam menggunakan pakan pengganti antibiotik. Pakan tersebut bebas AGP. Peternakan ayam broiler “Rudi Jaya Farm” juga sekarang menggunakan pakan ternak tanpa AGP.
Baca Juga
Advertisement
Peternakan seluas 15 hektar yang berlokasi di Bojongsari, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat ini sebelumnya memakai antibiotik pada pakan, tapi mulai awal 2018 menggunakan pakan ternak tanpa AGP. Pakan tersebut produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo. Rudi, yang meneruskan bisnis peternakan ayam sang ayah Hj Isa ini sudah menjadi salah satu konsumen dari produk pakan tersebut.
“Saya pakai Wonokoyo karena salah satu produk pakan industri tanpa AGP. Sebagai konsumen, saya tinggal pakai (menggunakan pakan tanpa AGP) saja. Sudah ada kerjasama juga dengan produk pakannya. Kadang bagian sales (penjualan) datang buat memantau, hasil pakannya bagus atau tidak, bagaimana kesehatan ayamnya. Paling seputar itu saja,” ujar Rudi sembari menyeruput kopi yang ada di depannya. Satu sampai dua batang rokok habis dia isap. Liputan6.com bertemu langsung dengan Rudy tepat pada Sabtu, 31 Maret 2018.
Baca selanjutnya: Herbal dan Vaksin, Rahasia Peternak agar Ayam Tetap Sehat
Terik matahari terasa menyengat di luar. Sambil duduk santai berbincang di beranda rumah, Rudy melanjutkan soal penggunaan pakan pengganti AGP. Ia tidak membuat pakan sendiri karena pakan dari industri sudah ada formulasi komposisi bahan. Pakan pun tinggal diberikan kepada 10.000 ayam broiler kesayangannya.
“Sekarang itu makanan ayam sudah herbal, free AGP (bebas AGP), jadi amanlah buat konsumen. Kalau dulu saat pakai AGP katanya ada efek resistensi antibiotik. Kalau sekarang sih aman. Pakan dari industrinya terbuat dari jagung, dedak, dan kedelai gitu. Lebih alami pokoknya,” Rudi menambahkan.
Bahan-bahan pakan pengganti AGP ternyata punya efek positif pada ayam. Feses ayam tanpa pakan AGP kering, lanjut Rudi. Bau feses tidak terlalu menyengat.
Simak video menarik berikut ini:
Tekstur daging
Yang lebih menarik, perbedaan ayam yang menggunakan pakan pengganti antibiotik lebih jelas terlihat saat daging dipotong. Peternakan "Ayam Herbal Green-Poultry" (dahulu "Ayam Herbal Probiotik Green-Poultry") milik Ina Rohadi, yang berlokasi di Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten melihat perbedaan daging ayam tersebut. Ina juga sudah menerapkan pakan pengganti antibiotik.
Ina juga mempunyai Rumah Potong Ayam (RPA) sendiri, yang berada 200 meter dari lokasi kandang. Saat masa panen tiba, Ina dibantu beberapa stafnya bertugas memotong ayam. Daging ayam dalam bentuk potong yang dijual pada konsumen.
Ketika daging ayam dipotong, aroma daging ayam tercium berbeda.
“Baunya beda dengan daging ayam biasanya (yang menggunakan pakan AGP). Kalau daging ayam biasa bau amis, sedangkan daging ayam herbal probiotik tidak bau amis. Saya yang suka motong ayam juga melihat, warna empedu ayam biasa hitam, tapi ayam kami warna hijau. Tandanya itu sehat,” jelas peternak "Ayam Herbal Green-Poultry" Adithya Setiaji, sapaan akrabnya saat ditemui pada Minggu, 25 Maret 2018.
Tekstur daging berbeda. Daging lebih padat dan tidak cepat menyusut. Pengalaman menarik juga dialami Andi Sigit Robitah, staf pemasaran “Ayam Herbal Green-Poultry.” Menurutnya, darah ayam probiotik lebih segar disbanding ayam biasa. Bagian jeroan ayam, seperti ampela dan ati yang digoreng tidak meletup-letup.
Advertisement