PLN Optimistis Tarif Listrik Tak Naik Sampai 2019

PT PLN (Persero) tidak akan menaikan tarif listrik hingga 2019, meski nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 24 Apr 2018, 19:44 WIB
Warga mengecek meteran listrik di rusun tempat tinggalnya, Jakarta, Rabu (13/4). Tarif listrik untuk golongan rumah tangga (R1) 900VA akan naik sebesar 140% mulai 1 Juli 2016. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) tidak akan menaikan tarif listrik hingga 2019, meski nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan. Nilai tukar rupiah merupakan salah satu komponen formula pembentukan tarif listrik.

Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah membuat PLN mengalami tekanan. Namun kondisi tersebut tidak membuat komitmen PLN goyah dalam‎ menetapkan tarif listrik tidak naik.

"Memang ada kurs ya yang agak lompat-lompat kurs memang ada tekanan kepada kami," kata Sofyan, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (24/4/2018).

Salah satu faktor yang membuat PLN ‎tetap yakin tidak menaikan tarif listrik sampai 2019 adalah dipatoknya harga batu bara untuk sektor kelistrikan maksimal USD 70 per ton. Hal tersebut dapat meredam kenaikan biaya pokok produksi (bpp) listrik yang diproduksi pembangkit.

‎"Harga batu bara masih tinggi USD 70 per ton tapi mudah-mudahan kalau tetap bertahan, kami masih bisa mempertahankan tarif ya," ujarnya.

Sofyan melanjutkan, PLN akan mencari cara agar kinerja perseroan bisa lebih efisien sehingga membuat keuangan perusahaan tet‎ap stabil.

"Ya kami nanti cari efisien-efisiensi lain pokoknya kuncinya bagaimana tarif itu tetap sampai 2019. Jadi efisiensi bisa kita terus laksanakan dan tarif bisa kita pertahankan dan PLN masih ada untung‎," tandasnya.


Rupiah Terus Melemah

Teller menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/4). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pagi ini melemah ke posisi di Rp 13.820. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Pelemahan rupiah ini lebih disebabkan faktor eksternal.

Mengutip Bloomberg, Selasa (24/4/2018), rupiah dibuka di angka 13.921 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.975 per dolar AS.

Namun kemudian, rupiah kembali melemah hingga menyentuh level 13.976 per dolar AS. Posisi ini merupakan pelemahan terburuk sejak 2016. Jika dihitung dari awal tahun, pelemahan rupiah mencapai 2,37 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), pada hari ini rupiah dipatok di angka 13.900 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.894 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya