Liputan6.com, Jakarta Mulai siang nanti, seluruh penggemar superhero dari dunia Marvel di Indonesia sudah dapat menyaksikan film Avengers: Infinity War. Eitsss... jangan bawa anak-anak Anda ya, kecuali sudah berumur di atas 13 tahun.
Menurut psikolog anak, Ratih Zulhaqqi, terlepas dari apa pun konten film yang akan ditonton, membawa anak yang terlalu kecil juga tidak dianjurkan. "Kalau (anak) terlalu kecil malah dianya tidak tahan. Daya tahan tubuhnya juga enggak bagus. Takutnya, malah mengganggu penonton yang lain."
Anda tentu tidak mau dong, anak mendadak rewel di saat adegan paling seru di film Avengers: Infinity War sedang berlangsung?
Baca Juga
Advertisement
Dilihat dari sisi perkembangan kognitif, akan lebih bagus dan bijak jika orangtua mengajak anak menonton film di bioskop ketika sang buah hati sudah bisa menganalisis.
"Artinya, kalau anak usia SD awal, kelas 1, 2, dan 3, masih belajar dari sesuatu yang konkret," kata Ratih saat dihubungi Health Liputan6.com pada Rabu, 25 April 2018.
Konkret artinya, saat anak bertanya mengenai hal apa pun yang dia lihat dari film Avengers: Infinity War, orangtua harus menjelaskannya panjang lebar. Tidak bisa setengah-setengah.
Saksikan juga video menarik berikut:
Avengers: Infinity War Belum Cocok Buat Anak-Anak
Beda halnya apabila Anda memperkenalkan seluruh tokoh di Avengers: Infinty War melalui media mainan koleksi Anda. Anda bisa membeberkan alasan menyukai tokoh superhero tersebut dengan menonjolkan nilai-nilai kehidupan (living value) mereka.
"Misal si superhero itu orangnya kuat banget, tidak takut dengan tantangan apa pun. Jadi, anak tahu bahwa dalam hidup, kita harus punya living value," kata Ratih.
Sementara lewat film akan menjadi agak susah. Film sudah merupakan seperangkat aktivitas. Film juga memiliki jalan cerita, yang normalnya hanya bisa dipahami oleh mereka yang bisa menganalisis sesuatu.
Ini yang ditakutkan jika mengajak anak berusia di bawah 11 menonton Avengers: Infinty War. Jalan cerita yang dihadirkan malah mengacaukan konsep yang ada di pikiran anak-anak.
"Begini. Superhero itu rata-rata berantem. Anak tidak mengerti jika berantem itu bagian dari membela sesuatu yang benar," kata Ratih.
"Lalu ada adegan bunuh-bunuhan. Nanti yang mereka tangkap adalah menegakkan keberan harus menghabiskan nyawa seseorang dulu. Konflik moral ini yang memang agak berat," kata Ratih menambahkan.
Advertisement