Sekjen PDIP Sebut Pemimpin yang Dimaksud SBY Adalah Jokowi

PDIP tetap membuka dialog bagi Demokrat. Sehingga, setajam apa pun perbedaan politik, tak menjadi masalah.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 25 Apr 2018, 13:19 WIB
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bersalaman dengan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang yudhoyono (SBY) usai memukul gong pada Rapimnas Partai Demokrat di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3). (Liputan6.com/Angga yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat menyampaikan akan memunculkan Capres dan Cawapres dari tokoh baru yang sesuai dengan keinginan rakyat. SBY menyatakan, pemimpin baru itu amanah dan memikirkan kepentingan rakyat.

Menanggapi pernyataan tersebut, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, apa yang disampaikan SBY bermakna untuk menjadikan Joko Widodo atau Jokowi sebagai presiden kembali di 2019.

"Maksudnya kan Presiden dilantik lagi, semangat baru. Kan setiap lima tahun kita kan memang selalu (ada pelantikan). Undang-undang, konstitusi mengizinkan seorang Presiden menjabat dua kali. Dan dari pengalaman Pak Presiden SBY sendiri, tentu saja beliau juga memahami, kalau pemerintahan dijalankan berkesinambungan, konsistensi itu kan bagus," katanya di kantor DPP PDIP, Jakarta, Selasa (24/4).

Meski demikian, dia menuturkan, partainya tetap membuka dialog bagi Demokrat. Sehingga, setajam apa pun perbedaan politik, tak menjadi masalah.

Hasto menilai, jika ada wacana lahirnya poros ketiga dari Demokrat, hal yang sah-sah saja. Namun, dirinya mengingatkan dukungan rakyat ke Jokowi menguat. Sehingga hanya akan ada dua pasangan calon pada pesta demokrasi tahun depan.

"Tentu saja berbagai manuver politik sah-sah saja dilakukan, tetapi rakyat kan sudah memberikan dukungan yang cukup kuat kepada Pak Jokowi," kata Hasto.

"Kami meyakini bahwa pada akhirnya memang akan ada dua pasangan calon. Tapi PDI Perjuangan sebagai pengusung utama bersama partai politik lainnya siap mencermati seluruh dinamika politik yang ada. Mau ada dua pasangan calon, tiga pasangan calon, itu hal yang sehat dalam demokrasi," sambung Hasto.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya