Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada penutupan perdagangan Rabu ini (25/4/2018). Seluruh sektor saham melemah, sementara nilai tukar rupiah melemah ke posisi 13.913 per dolar Amerika Serikat (AS).
IHSG tersungkur 149,7 poin atau 2,4 persen ke level 6.079,85. Begitupun dengan indeks saham LQ45 yang merosot 3,23 persen menjadi 978,26.
Sebanyak 303 saham anjlok, dan 92 saham menguat. Sedangkan 89 saham diam di tempat. Total transaksi perdagangan saham hari ini tercatat sebanyak 421.776 kali dengan volume 8,8 miliar saham senilai Rp 8,2 triliun.
Baca Juga
Advertisement
Investor asing melakukan penjualan di seluruh pasar dengan nilai Rp 1,93 triliun.
Seluruh sektor saham tergelincir. Pelemahan paling dalam terjadi pada keuangan sebesar 4,07 persen. Disusul sektor konsumer yang anjlok 2,38 persen, dan pertambangan sebesar 2,19 persen.
Adapun saham-saham yang menukik tajam, yakni saham CITA turun 14,29 persen ke posisi 600, saham DPNS turun 13,78 persen menjadi 388, dan saham LCGP melemah 13,58 persen ke level 70.
Sementara saham-saham yang menghijau, di antaranya ABBA yang naik 26,56 persen menjadi 81, saham SHID yang melaju 18,32 persen ke level 1.550, dan saham MTSM melesat 18,25 persen ke posisi 324.
Tonton Video Ini:
Ada Intervensi, Rupiah Mampu Menguat Tipis
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat pada perdagangan hari ini setelah mengalami tekanan yang cukup dalam pada perdagangan beberapa hari sebelumnya.
Mengutip Bloomberg, Rabu (25/4/2018), rupiah dibuka di angka 13.881 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.889 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.880 per dolar AS hingga 14.917 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,49 persen.
Baca Juga
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.888 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.900 per dolar AS.
Rupiah mampu kembali menguat karena adanya intervensi pasar dari Bank Sentral. Indonesia merupakan negara dengan portofolio kepemilikan asing pada surat utang dan saham yang tinggi.
"Imbal hasil obligasi AS yang tinggi berdampak negatif kepada negara berkembang karena terjadi arus keluar sehingga memang perlu dicegah," jelas ekonom Mizuho Bank, Takahiko Sasaki.
Advertisement