Rupiah Kembali Melemah, Sentuh 13.940 per Dolar AS

Dolar AS memang terus menguat di kawasan Asia karena kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS yang menembus angka 3 persen pada pekan ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Apr 2018, 12:31 WIB
Teller menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/4). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Kamis pekan ini. Ada banyak alasan yang membuat dolar AS terus menguat sepanjang pekan ini.

Mengutip Bloomberg, Kamis (26/4/2018), rupiah dibuka di angka 13.919 per dolar AS, menguat jika dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.921 per dolar AS.

Namun, sesaat kemudian rupiah kembali melemah bahkan sempat menyentuh level 13.940 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, pelemahan rupiah mencapai 2,74 persen.

Adapun berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.930 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.888 per dolar AS.

Dolar AS memang terus menguat di kawasan Asia karena kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS yang menembus angka 3 persen pada pekan ini. Angka tersebut pertama kalinya dalam tahun ini.

Kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS ini karena adanya kekhawatiran mengenai peningkatan pasokan utang pemerintah AS dan tekanan inflasi dari kenaikan harga minyak.

Selain itu, rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) juga menjadi alasan dolar AS menguat cukup tajam pada pekan ini.

"Kecuali ada kehancuran di pasar saham AS, dan tidak mungkin itu terjadi, sangat diragukan Bank Sentral AS tidak akan menaikkan suku bunga," jelas analis Oanda Singapura, Stephen Innes.


Harus Diatasi Sebelum Ramadan

Teller menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/4). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Ketua DPR Bambang Soesatyo merespons pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Berdasar data Bank Indonesia (BI), kurs USD mendekati angka Rp 14.000 per USD.

Bambang mengatakan, Kementerian Keuangan dan BI harus punya langkah-langkah antisipatif demi menjaga stabilitas rupiah agar tetap normal. Menurutnya, berbagai aspek yang memengaruhi kurs rupiah harus terus dipantau.

“Mengingat stabilitas nilai tukar menjadi suatu hal yang penting, terutama karena akan ada peningkatan konsumsi kebutuhan bahan pokok menjelang Ramadan,” ujar Bamsoet, sapaan akrab politikus ini, di Jakarta, Rabu (25/4/2018).

Selain itu, dia juga meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT PLN untuk terus melakukan efisiensi di tengah pelemahan rupiah saat ini. Diharapkan pelemahan nilai tukar rupiah tak berimbas kepada kenaikan tarif dasar listrik.

“Itu karena pemerintah sudah berjanji bahwa tarif listrik tidak akan naik hingga 2019,” tegas dia.

Bamsoet juga punya saran ke pemerintah untuk mengangkat kurs rupiah. Di mana, Kementerian Perdagangan (Kemendag) segera memberikan insentif ekspor.

“Tujuannya untuk mendapatkan surplus perdagangan serta mengurangi neraca keseimbangan primer negatif,” cetusnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya