Ilmuwan Klaim Temukan Nyamuk Terbesar di Dunia, Kok Mirip Lalat?

Penemuan nyamuk di China ini mengalahkan rekor ukuran sebelumnya yang pernah didapat di Jepang tahun 1876.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 26 Apr 2018, 18:40 WIB
Ilustrasi Nyamuk (AFP)

Liputan6.com, Sichuan - Seekor serangga yang disebut-sebut sebagai nyamuk terbesar di dunia akan dipajang di sebuah museum yang terletak di China bulan depan.

Serangga berukuran besar itu ditemukan oleh ahli entomologi China bernama Zhao Li pada saat penelitian di Gunung Qingcheng, Sichuan, Agustus 2017 lalu.

Dikutip dari laman South China Morning Post, Kamis (26/4/2018), Zhao mengatakan bahwa ia telah menghabiskan banyak waktu untuk mengonfirmasi bahwa itu adalah nyamuk terbesar yang pernah di temukan di dunia.

Dengan panjang tubuh sekitar lima sentimeter, rentang sayap 11,15 sentimeter menunjukkan bahwa nyamuk ini punya ukuran 10 kali lebih besar dari sejenisnya.

Penemuan nyamuk ini mengalahkan predikat sebelumnya yang pernah ditemukan di Jepang tahun 1876. Kala itu, peneliti menemukan nyamuk dengan rentang sayap mencapai delapan sentimeter.

Setelah menangkap nyamuk itu, Zhao melakukan riset di internet untuk mengumpulkan spesimen spesies nyamuk untuk memastikan bahwa nyamuk temuannya adalah yang terbesar di dunia.

"Saya dapat pastikan bahwa ini adalah nyamuk terbesar di dunia sekitar awal tahun ini," ujar Zhao yang juga merupakan Direktur Insect Museum of West China di Chengdu.

"Nyamuk ini ditemukan Agustus tahun lalu. Setelah saya menangkapnya langsung segera saya jadikan spesimen dengan cara dibunuh dan dibekukan. Ini mungkin terdengar kejam, tetapi bagi serangga itu adalah kematian tanpa rasa sakit," jelasnya.

Kini, nyamuk tersebut akan dipamerkan di museum sebagai bagian dari rangkaian acara pameran serangga.

Dengan hampir 700 ribu sampel dari 40 negara di dunia, tempat pameran itu merupakan museum serangga terbesar di Asia.

Penemuan terbaru ini tak lantas diterima begitu saja.

Banyak pihak yang tidak setuju jika serangga itu adalah nyamuk. Sejumlah orang berpendapat bahwa serangga itu adalah lalat.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Ilmuwan: 'Bau Badan' Ayam Bisa Tangkal Nyamuk Malaria

Ilustrasi Nyamuk (AP)

Nyamuk dikenal sebagai hewan yang merugikan. Jelas saja, karena hewan yang satu ini bisa menyebabkan malaria, demam berdarah dan penyakit lain.

Sejak ribuan tahun lalu, malaria terus 'menghantui' manusia. Penyakit itu disebabkan oleh protozoa parasit tipe Plasmodium.

Parasit tersebut yang awalnya tersembunyi di hati, dan kemudian memasuki aliran darah itu ditularkan antarmanusia oleh nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.

Tahun lalu, menurut PBB, malaria menewaskan hampir 400 ribu orang di Afrika. Kasus infeksi dan kematian yang diakibatkan memang menurun namun para pejabat kesehatan terus mencari cara baru untuk mencegah penyebarannya.

Kini sejumlah ilmuwan menghasilkan temuan baru. Menurut para ahli dari Ethiopia dan Swiss, aroma ayam hidup bisa membantu menangkal malaria. Bagaimana caranya?

Nyamuk penyebar malaria, menurut mereka, cenderung menjauhi ayam dan burung lainnya.

Sejumlah eksperimen dilakukan di Ethiopia Barat, termasuk dengan dengan menempatkan ayam hidup di kandang yang diletakkan di dekat para relawan yang tidur di atas ranjang berkelambu.

Para ilmuwan, yang hasil risetnya dipublikasikan dalam Malaria Journal, menyimpulkan bahwa nyamuk-nyamuk menggunakan indra penciuman untuk menemukan mangsa -- manusia atau hewan.

Berdasarkan riset, pastilah ada sesuatu dalam aroma ayam hidup yang membuat nyamuk-nyamuk menjauh.

Peneliti dari Addis Ababa University, Habtie Tekie yang terlibat dalam riset mengatakan, senyawa dari aroma ayam tersebut bisa diekstraksi dan kemudian digunakan sebagai penolak nyamuk.

Para peneliti dari Swedish University of Agricultural Sciences juga terlibat dalam penelitian tersebut.

Mereka mengatakan, senyawa yang diekstraksi dari bulu ayam juga digunakan dalam penelitian, tak hanya ayam hidup.

Hasil penelitian menyimpulkan, penggunaan ayam hidup dan senyawa tersebut, "Secara signifikan mengurangi jumlah nyamuk yang ditemukan dalam perangkat yang diletakkan di dekatnya," demikian seperti dikutip dari BBC.

Para ilmuwan berpendapat, temuan tersebut menjadi alternatif metode pengendalian dan pencegahan, di tengah terkuaknya fakta bahwa nyamuk membangun kekebalan terhadap insektisida.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya