Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan, koreksi bursa saham dalam beberapa hari terakhir akibat dari ketidakpastian global. Namun, secara fundamental ekonomi Indonesia sudah cukup bagus, sementara emiten mencatatkan perolehan laba yang cukup baik.
Dia menyebut salah satu yang mempengaruhi pasar adalah kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang menjadi musuh terbesar bagi Indonesia. Meskipun begitu hal ini juga berlaku bagi negara lain dalam merespon kenaikan suku bunga ini.
Advertisement
"Kenaikan suku bunga memang musuh terbesar untuk pasar modal. Secara teori ini memang benar, tapi ini bukan untuk negara Indonesia saja. Negara lain juga," ujar dia di Gedung Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) sore ini, Kamis (26/4/2018).
Lebih lanjut dia memprediksi, kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Penurunan IHSG yang terjadi selama sepekan, akan rebound kembali.
Dia mencontohkan, IHSG yang mencatatkan penurunan hingga 3,9 persen usai pelantikan Presiden AS Donald Trump pada 16-23 Desember 2016. Usai itu, tak terlampau lama IHSG rebound kembali sebesar 5,35 persen pada tanggal 23-30 Desember 2016.
Selain itu, dia menegaskan jika investor tidak mengeluarkan asetnya dari Indonesia. "Faktanya mereka lari obligasi kita kok, duitnya masih di Indonesia, bagi dividen terbanyak, frekuensi masih bagus, investor masih naik, itu yang menarik bagi saya," ujar Tito.
Tito juga menambahkan bursa akan membagikan informasi secara utuh kepada seluruh stakeholder merespon penurunan indeks hingga 7 persen yang terjadi selama seminggu ini.
"Kita lakukan 2 hal. Pertama bursa akan bagikan informasi secara cepat kepada semua stakeholder, ini upaya bursa yang baik. Kedua ialah perkuat pasar modal, Ini upaya preventif bursa," tutur dia.
Namun, dia ikut menyoroti terkait rencana liburan Lebaran selama dua pekan, yang dipastikan akan menggangu perdagangan karena pasar modal tidak beroperasi dalam waktu tersebut.
"Oleh karena itu saya tidak setuju dengan libur 2 minggu lebaran ini, karena kan tutup pasar modal," tandas Tito.
Investor Asing Lepas Saham, IHSG Dibuka Melemah ke 6.069,67
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di dua arah pada pembukaan perdagangan Kamis ini. Investor asing jual saham Rp 142 miliar di pasar regular.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Kamis (26/4/2018), IHSG naik 4,49 poin atau 0,07 persen ke posisi 6.084,21. Penguatan ini tak berlanjut hingga pembukaan. Pada pukul 09.00, IHSG turun 12,96 poin atau 0,21 persen ke posisi 6.069,67.
Indeks saham LQ45 juga turun 0,31 persen ke posisi 1.975,84. Sebagian besar indeks saham acuan berada di zona merah.
Sebanyak 93 saham menghijau tetapi tak mampu membawa IHSG ke zona positif. Sebanyak 55 saham melemah sehingga menekan IHSG dan 97 saham diam di tempat.
Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.089,09 dan terendah 6.066,67.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 28.051 dengan volume perdagangan saham 477 juta saham. Nilai transaksi harian Rp 659 miliar.
Investor asing jual saham Rp 142 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) makin menguat ke posisi Rp 13.925.
Dari 10 sektor pembentuk indeks hanya ada dua sektor yang menguat yaitu aneka industri yang naik 0,73 persen dan barang konsumsi yang menguat 0,04 persen.
Sektor keuangan turun 1,28 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar melemah 0,63 persen dan sektor saham perkebunan tergelincir 0,29 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham MLPT naik 24,29 persen ke posisi Rp 870, saham KOBX menanjak 19,69 persen ke posisi Rp 304 per saham, dan saham BBRM melonjak 18 persen ke posisi Rp 118 per saham.
Adapun saham-saham yang melemah antara lain saham OASA turun 10,78 persen ke posisi Rp 298, saham JKSW turun 9,38 persen ke posisi Rp 87 per saham, dan saham MTSM tergelincir 9,26 persen ke level Rp 294.
Advertisement